FORUM KEADILAN – Ketua DPP Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP) sekaligus Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan bahwa kritik yang dilayangkan oleh calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan instruksi dari partai.
Puan menjelaskan, tidak ada instruksi khusus dari PDIP kepada Ganjar mengenai kritiknya terhadap pemerintah. Ia juga mengatakan, apa yang disampaikan oleh Ganjar sudah pasti dipertimbangkan dengan data dan fakta.
“Nggak ada instruksi. Hal-hal seperti itu disampaikan Pak Ganjar selaku capres. Pasti beliau menyampaikan hal itu karena punya data yang memang beliau harus disampaikan atau disampaikan,” jelas Puan kepada wartawan di Gedung Nusantara, DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 20/11/2023.
Puan juga merespons terkait survei yang menyebut kritik Ganjar terhadap pemerintah berdampak penurunan elektabilitasnya, dan mengungkapkan bahwa hal tersebut akan menjadi evaluasi untuk partainya.
“Tentu saja, karena saya tanya, elektabilitas naik atau turun, ini akan menjadi evaluasi bagi kami PDIP untuk bisa melihat secara baik dan secara jelas, apakah kemudian hal itu memang harus dievaluasi atau tidak. Artinya terkait dengan substansi yang akan disampaikan Pak Ganjar,” ucapnya.
Puan mengatakan bahwa selama ini PDIP tidak segan memberikan masukan agar pemerintah ke depannya dapat diperbaiki. Menurutnya, kritik yang disampaikannya semata-mata untuk kepentingan rakyat.
“Dari awal posisi PDIP sampai saat ini pun sebelum masa pemilu kami selalu otokritik atau kami menyampaikan walaupun kritik itu disampaikan secara langsung atau tidak kepada pemerintah dengan tujuan bagaimana pemerintah dalam melakukan kinerjanya itu bisa memperbaiki diri,” kata dia.
“Mengevaluasi program-programnya, sehingga memang sebanyak-banyaknya, sebesar-besarnya adalah kepentingan rakyat,” tutupnya.
Sebelumnya, lembaga survei LSI Denny JA menganalisis elektabilitas pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, yang menurun sejak tiga bulan terakhir.
Meskipun elektabilitas Ganjar-Mahfud selalu berada di posisi kedua, persentasenya terus menurun.
Pembicara LSI Denny JA Adjie Al Faraby mengungkap, salah satu alasan yang menyebabkan elektabilitas Ganjar-Mahfud turun adalah serangan ke Presiden Jokowi.
“Blunder kubu Ganjar atau PDIP, Jokowi semakin diserang justru pendukung Jokowi semakin banyak pergi dari pasangan Ganjar-Mahfud. Ketika kita coba buat breakdown dari simulasi tiga paslon, lalu kita coba buat simulasi breakdown pemilih puas dan kurang puas, pilihan atau dukungan pemilih yang puas terhadap kinerja Jokowi ke pasangan Ganjar-Mahfud justru mengalami penurunan,” kata Adjie, Senin, 20/11.
Adjie mengatakan, serangan dari kubu Ganjar-Mahfud ke Jokowi membuat 7,5 persen pendukung Presiden ke-7 RI itu meninggalkan Ganjar. Ia menyebut, pendukung Jokowi berpaling dari Ganjar saat menghadapi serangan tersebut.
“Di Oktober waktu itu di angka 39,4 persen, di November 2023 turun di angka 31,9 persen. Jadi ada blunder yang dilakukan kubu Ganjar, karena semakin menyerang Jokowi, ternyata justru dukunganya di pemilih yang puas terhadap Jokowi justru mengalami penurunan. Ada penurunan 7,5 persen pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi lari dari pemilih Ganjar,” ucapnya.*