Pemilu 2024 Pesta Demokrasi Generasi Muda

Ilustrasi Pemilu | Ist
Ilustrasi Pemilu | Ist

FORUM KEADILAN – Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional mengungkap 52 persen rakyat Infonesia yang berhak mencoblos saat Pemilu 2024 merupakan pemilih muda.

Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT Nasional Pemilu 2024 yang berlangsung di Kantor KPU RI, Jakarta, Minggu, 2/7/2023 menetapkan jumlah masyarakat yang menjadi pemilih dalam Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 jiwa. Jumlah ini naik 6,24 persen jika dibandingkan dengan DPT pada Pemilu 2019 lalu.

Bacaan Lainnya

“Total DPT Pemilu 2019 Dalam Negeri dan Luar Negeri 192.770.611. Ada kenaikan sebanyak 12.036.611 atau 6,24 persen jika dibandingkan dengan DPT pada Pemilu 2019 lalu,” ungkap Komisioner KPU RI Idham Holik saat dihubungi Forum Keadilan, Jumat, 14/7/2023.

Dari jumlah itu, jumlah pemilih muda mencapai 106.358.447 jiwa. Rentang usia 17 tahun hingga 30 tahun menempati kelompok terbanyak dari pemilih muda dengan angka 31,23 persen atau sekitar 63,9 juta jiwa. Pemilih muda terbanyak selanjutnya berasal dari kelompok usia 31 tahun hingga 40 tahun dengan jumlah 42,395 juta jiwa atau 20,70 persen. Sementara 0,003 persen atau sekitar 6 ribu jiwa berasal dari pemilih berusia 17 tahun.

KPU mencatat pemilih dengan usia lebih dari 40 tahun persentasenya mencapai 48,07 persen atau berjumlah 98.448.775 orang.

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyebut, dampak pemilih muda dalam menentukan kemenangan sangatlah besar.

“Kalau kita bicara peranan, maka peranannya sangat besar karena bagaimanapun dalam pemilu itu satu suara menentukan. Kuantitas itu menentukan,” katanya kepada Forum Keadilan.

Bahkan, kata Ujang, pemilih muda yang jumlahnya besar itu bisa merubah lanskap politik Indonesia.

“Sejatinya anak-anak muda diperhitungkan dalam konteks dicari suaranya, dicari dukungannya, dicari simpatinya, mereka akan ditarik-tarik, menjadi magnet bagi kandidat maupun partai politik untuk bisa mendapat simpati dan dukungan dari para pemilih muda tersebut,” beber Ujang.

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof R. Siti Zuhro mengatakan, dampak paling nyata dari pemilih muda pada Pemilu 2024 adalah orientasinya dalam memilih pemimpin.

“Perilaku pemilih muda cenderung memilih karena pengaruh medsos (media sosial): TikTok Instagram, Podcast di kanal YouTube. Sebagian besar mereka sangat jarang nonton Televisi. Mereka relatif mudah dipengaruhi berita-berita yang belum tentu benar,” kata Siti Zuhro kepada Forum Keadilan.

Kata dia, agar peran dan dampak pemilih muda lebih positif dan prospektif di Pemilu 2024 perlu dibekali info-info yang benar dan akurat yang substansinya mencerahkan serta mendidik.

“Semakin trusted info-info yang diterima kaum muda akan semakin bermanfaat. Dengan jumlahnya yamg besar, akan sangat signikan bila oramg muda mampu jadi simpul penggerak pemilu berkualitas dan berintegritas,” jelas Siti Zuhro.

Tidak menutup kemungkinannya juga, kata Siti Zuhro, para pemilih muda memilih pemimpin yang muda, misalnya yang melek digital.

“Tidak tertutup kemungkinan mereka menyukai yang muda yang memimpin. Pemimpin yang melek digital atau yang bernuansa digital leadership. Juga pemimpin yang memiliki keberpihakan dan empati terhadap orang muda atau kaum muda. Sosok pemimpin yang mampu menganalogikan diri dengan kaum muda,” tandasnya.

PDIP menyikapi positif terkait dominasi pemilih muda. Dikatakan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono, setiap zaman pasti ada perubahan dan PDIP mengikuti perubahan tersebut.

Gembong tak memungkiri, meski PDIP memiliki pemilih tetap, namun lambat laun pemilih tersebut akan habis termakan usia. Lalu digantikan dengan para pemilih pemula dan pemilih muda yang akan menentukan arah pembangunan serta demokrasi.

Atas fakta tersebut, menurut Gembong, PDIP menyesuaikan dengan menyuguhkan calon-calon yang memiliki karakteristik muda dari segi usia dan perilaku.

“Karena jumlahnya begitu besar, sehingga harus bisa diakomodir oleh semua khususnya PDIP. Caranya bagaimana, kita suguhkan calon-calon yang memiliki karakteristik muda dari segi usia dan perilaku. Kita calonkan anak-anak muda yang potensial karena harapan kita adalah anak-anak muda nanti yang dapat melanjutkan proses demokrasi,” beber Gembong kepada Forum Keadilan.

“Saya punya harapan untuk melahirkan politisi muda yang kualitasnya jauh lebih baik daripada saya,” sambung Gembong.

Menurut Gembong, jika PDIP tidak menyongsong para anak muda sebagai kadernya maka partai berlogo banteng moncong putih itu akan ketinggalan atau ditinggalkan dalam dunia politik.

“Tapi karena kita memiliki anak-anak muda yang berkiprah di PDIP maka kita tidak ketinggalan soal itu, dan kami yakin PDIP mampu menarik suara anak-anak muda untuk bersama-sama menbangun demokrasi,” kata Gembong.

Sementara yang dilakukan Caleg DPRD Provinsi Sulawesi Utara Dapil Kota Manado dari Partai Gerindra Fransiscus X Wawolangi atau Frank X untuk menarik hati para pemilih muda ialah pendekatan dan strategi baru.

“Kita harus berada di sekitar mereka agar bisa berbicara yang sama dengan mereka. Dari situ terbangun komunikasi, sehingga kita tau apa sih yang mereka inginkan apasih yang mereka butuhkan sebenarnya dan di situlah yang akan kita perjuangkan,” kata Staf Ahli Komisi VI DPR RI itu kepada Forum Keadilan.

Menurut Frank, sangat penting komunikasi antara elit dengan rakyat untuk sama-sama tahu apa yang terbaik.

“Kita nggak bisa dari atas gitu kita mewakili rakyat tau yang terbaik untuk rakyat itu ini tapi tidak ada komunikasi. Itulah pentingnya peran komunikasi antara elit dan rakyatnya, sehingga terbangun kepercayaan di antara kedua belah pihak dan apasih yang diperjuangkan,” tutupnya.*