FORUM KEADILAN – Paus Fransiskus berkunjung ke Masjid Istiqlal untuk bertemu dengan para tokoh lintas agama dan meneken sebuah deklarasi yang berjudul ‘Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama Untuk Kemanusiaan’.
Penandatanganan deklarasi ini dilakukan secara simbolis oleh Sri Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Para tokoh lintas agama juga turut meneken deklarasi tersebut sebagai representasi agama dan kepercayaan yang dianut.
Mereka yang ikut meneken deklarasi tersebut di antaranya adalah Engkus Kuswara mewakili penghayat kepercayaan, Budi Tanuwibowo mewakili agama Konghucu, Bhante Dhammasubo mewakili Buddha Walubi, Philip Wijaya mewakili Buddha Permabudhi, Abdul Mu’ti mewakili Islam Muhammadiyah, Yahya Cholil Staquf mewakili Islam Nahdlatul Ulama, Wisnu Bawa Tenaya mewakili Hindu, serta Reverendus Jacky Manuputty mewakili Kristen.
Deklarasi ini dibuat dengan dilatarbelakangi oleh 2 krisis global serius yang terjadi saat ini.
Pertama, fenomena dehumanisasi (krisis kemanusiaan) ditandai dengan meluasnya kekerasan dan konflik berdarah yang memakan banyak sekali korban jiwa dan seringkali justru kerap memperalat agama. Fenomana ini pun mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang terutama perempuan, anak-anak, hingga orang lanjut usia.
Kedua, eksploitasi masif atas lingkungan hidup yang mengakibatkan perubahan iklim dan menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global hingga pola cuaca yang tak dapat diprediksi. Krisis lingkungan ini pun menghambat kehidupan bersama yang harmonis di antara umat manusia.
Adapun isi Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 adalah sebagai berikut:
Menyikapi dua krisis tersebut sambil berpedoman pada ajaran agama masing-masing, dan mengakui kontribusi dasar dan falsafah negara Pancasila, kami bersama para pemimpin agama lain yang hadir menyerukan hal-hal sebagai berikut:
- Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif, untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita. Sejatinya nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat bela rasa rekonsiliasi dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan
- Para pemimpin negara, khususnya, terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing harus bekerja sama dalam menanggapi krisis-krisis tersebut di atas, mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil tindakan yang tepat
- Oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, dialog antarumat agama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama. Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia, dengan demikian menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam kepada martabat manusia.
- Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati. Kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita.*