Nadia Mulya Berharap Pemerintah Banyak Terbitkan Aturan Ramah Bumi

Selebritis sekaligus aktivis lingkungan Nadia Mulya di Podcast Carbon Forum bersama Ketua Dewan Pengawas ACEXI Poempida Hidayatulloh, Jumat 2/2/2024. | Merinda Faradianti/Forum Keadilan
Selebritis sekaligus aktivis lingkungan Nadia Mulya di Podcast Carbon Forum bersama Ketua Dewan Pengawas ACEXI Poempida Hidayatulloh, Jumat 2/2/2024. | Merinda Faradianti/Forum Keadilan

FORUM KEADILAN – Nadia Mulya bercerita soal ketertarikannya dengan lingkungan hidup.

Wanita yang dikenal sebagai presenter cantik, dan model keturunan Belgia-Indonesia ini begitu antusias membicarakan ekosistem karbon Indonesia di Podcast Forum Karbon.

Bacaan Lainnya

Nadia mengatakan, sebenarnya ia telah lama jadi aktivis. Sejak tahun 2016, ia aktif digerakan diet plastik.

“Sebenarnya sudah saya lakukan sejak tahun 2016. Saya bersama Gerakan Indonesia melakukan diet kondom plastik. Sekarang namanya Diet Plastik Indonesia. Jadi saya bergabung dengan mereka,” kata Nadia di Podcast Forum Karbon bersama Ketua Dewan Pengawas ACEXI Poempida Hidayatulloh, Jumat 2/2/2024.

Nadia mengungkapkan, momen pertama kali ia bergabung di Gerakan Indonesia dimulai saat ia menjadi pembawa acara di salah satu kegiatan.

“Ada beberapa aktivis, mereka datang ke acara tersebut dan kami berbincang dan mereka membicarakan mengenai hal itu. Inilah yang perlu Anda lakukan untuk melindungi Bumi. Bersikap baiklah terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Setelah bergabung, Nadia menjadi relawan dan mulai mengikuti kegiatan bersih-bersih di perkumpulan tersebut. Waktu itu, ia pernah melakukan penggerebekan plastik, karena masyarakat masih menggunakan kantong kresek.

“Kemudian kami membawa tas belanja yang dapat digunakan kembali dari sponsor. Jadi di tahun 2016 itu saya ingat, masa itu sangat-sangat sulit untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat, mengenai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan,” lanjutnya.

Nadia sempat memberikan petisi kepada masyarakat dan meminta berapa ribu orang untuk menandatanganinya. Petisi tersebut berisi larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai.

“Dan jika Anda ingat, itu menurut saya Februari 2016 selama tiga bulan. Kami tidak menggunakan kantong plastik di supermarket dan banyak pasar yang mengingatnya saat itu. Jadi, setelah tiga bulan uji coba, dampaknya sangat baik. Kita mengurangi penggunaan plastik sekali pakai sebesar 55 persen di tahun itu,” sebutnya.

Karena petisi tersebut, saat ini sudah banyak kota/kabupaten memiliki larangan penggunaan plastik sekali pakai. Ia berharap, akan lebih banyak lagi kerja sama dengan pemerintah untuk membuat aturan ramah Bumi.

“Agar kita dapat memberikan dampak yang jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan semua undang-undang yang dihasilkan,” tutupnya.*

Laporan Merinda Faradianti