Kwartet Kebangsaan Sebagai Pengingat Rasa Nasionalisme

FORUM KEADILAN – Peneliti Kebijakan Publik Institute of Development of Policy and Local Partnership Riko Noviantoro membuat permainan Kwartet Kebangsaan. Munculnya ide permainan edukatif atau edu game ini berangkat dari keresahan Riko terhadap rasa nasionalisme anak bangsa.
Layaknya permainan kwartet pada umumnya, Kwartet Kebangsaan dimainkan dengan dua orang atau lebih. Para pemain diwajibkan mengumpulkan empat kartu berbeda di dalam satu tema. Caranya, dengan saling menebak kartu yang ada di tangan lawan.
“Semakin banyak pemain, semakin seru. Karena peluang lupa, salah sebut, salah tebakan dan sebagainya bisa terjadi,” ucap Riko saat ditemui Forum Keadilan di kawasan Juanda, Jakarta Pusat, Rabu 27/12/2023.
Bedanya Kwartet Kebangsaan dengan kwartet lainnya adalah tema. Dalam permainan Kwartet Kebangsaan, tema yang diusung adalah wawasan bangsa. Nama makanan nusantara, kerajaan di Indonesia, sampai lembaga-lembaga negara ada di setiap kelompok kwartetnya.
Tak hanya itu, di setiap kartunya juga terdapat QRIS yang terhubung langsung dengan Wikipedia. Jadi, para pemain bisa menambah wawasan sambil menikmati keseruan permainannya.
Riko menjelaskan, dirinya sudah membuat tiga jenis Kwartet Kebangsaan. Pertama, kwartet tanpa QRIS. Kedua, kwartet dengan QRIS. Sedangkan yang ketiga, kwartet khusus penyandang tunarungu.
“Menurut saya, tidak adil kalau kwartet ini hanya dimainkan oleh kita yang normal. Difable juga punya hak yang sama. Untuk itu saya akhirnya belajar bahasa isyarat dan membuat juga kwartet khusus difable. Selain bermain, ini kan bisa jadi kebanggan juga sebagai Indonesia,” ungkapnya.
Selain Kwartet Kebangsaan, Riko juga menciptakan beberapa permainan lain dengan tema yang sama. Ada Monopoli Kebangsaan, dan Ular Tangga.
Riko berharap, nantinya akan ada pojok atau corner di setiap bandara atau pelabuhan yang berisi permainan tradisional Indonesia. Mulai dari congklak, kereleng, dan sebagainya.
“Jadi, anak-anak tidak hanya sibuk dengan ponselnya. Sambil mengatasi kebosanan, mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya dan melestarikan permainan Indonesia,” tutupnya.*
Laporan Merinda Faradianti