FORUM KEADILAN – Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dr Ngabila Salama mengatakan, pemerintah belum memiliki rencana untuk pengendalian aktivitas masyarakat di tengah meningkatnya kasus cacar monyet atau Mpox.
“Belum ada rencana pengendalian (aktivitas masyarakat) seperti itu kami melakukan isolasi pada kasus positif dan probable atau indikasi positif kuat sambil menunggu hasil PCR,” katanya kepada Forum Keadilan, Jumat, 3/11/2023.
Meskipun kasus penyebaran terus meningkat, Ngabila menegaskan bahwa cacar monyet tidak berdampak panjang pada penderitanya.
“Tidak ada dampak panjangnya,” ujarnya.
Hingga saat ini, terdapat 27 kasus cacar monyet di DKI Jakarta, termasuk satu kasus pada Agustus 2022 yang telah dinyatakan sembuh.
Sementara itu, terdapat 26 kasus positif aktif, positivity rate PCR 29 persen, semuanya bergejala ringan, dan penularannya melalui kontak seksual.
Ngabila mengungkapkan, semua kasus positif cacar monyet diidap oleh laki-laki dengan rentang usia 25-50 tahun.
“1 kasus pada 13 Oktober, lalu 1 kasus 19 Oktober, 5 kasus 21 Oktober, 3 kasus 24 Oktober, 2 kasus 25 Oktober, 2 kasus 26 Oktober, 1 kasus 27 Oktober, 1 kasus 28 Oktober, 2 kasus 29 Oktober, 3 kasus 30 Oktober, 2 kasus 31 Oktober, 1 kasus 1 November, dan 2 kasus 2 November 2023, semuanya di isolasi di Rumah Sakit,” ungkapnya.
Selain itu, kata Ngabila, total penerima vaksinasi cacar monyet telah mencapai 492 orang dari target 495 orang.
“Vaksinasi mulai dilakukan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta selama seminggu ke depan. Diberikan 1 orang 2 dosis, selang 4 minggu, karena saat ini stok vaksin monkeypox di Indonesia ada 1000 dosis (untuk 500 orang),” jelasnya.
Di sisi lain, Ngabila mengatakan pemerintah gencarkan sosialisasi kepada masyarakat.*
Laporan Novia Suhari