FORUM KEADILAN – Pondok Pesantren Al-Zaytun disebut menjadi alat permainan politik sehingga meskipun menyimpang namun tak tersentuh oleh pemerintah di masa lalu.
“Ya dulu kan banyaklah ‘politik’, Orang-orang orde baru terutama, memanfaatkan Al-Zaytun gitu, untuk kepentingan-kepentingan politik, dulu kan (Al-Zaytun) di olah, tapi sekarang kan bukan zamannya gitu lah,” kata Ketua PBNU, Prof Mukri, saat dihubungi oleh Tim Forum Keadilan, Sabtu, 1/7/23.
Menurut Prof Mukri, kondisi keterbukaan saat ini membuat Al-Zaytun tak dianggap menarik lagi untuk dipolitisasi.
“Jadi mungkin waktu dulu-dulu dibuat untuk mainan, al-zaytun untuk mainan, tapi ketika eranya seperti sekarang, terbuka, dan gak ada keuntungan apa-apa dari al-zaytun itu,” ujarnya.
Prof Mukri mendesak Polri tanggap atas berbagai kejanggalan Pondok Pesantren Al-Zaytun yang kini terungkap di publik. Ia mendesak Bareskrim segera melakukan penangkapan atas Panji Gumilang. Terlebih berbagai pernyataan Panji Gumilang dinilainya dapat merusak kerukunan di Tanah Air.
“Makanya, pemerintah segera mengambil langkah lah gitu, pokoknya tangkap dulu si Panji Gumilang, kemudian data-data dan kesaksian-kesaksian dari pihak (pelapor) itu dihadirkan, insyaallah bangsa Indonesia ini akan senang,” ucapnya.
Cuci Otak
Prof Mukri menyayangkan masih adanya dukungan dari sejumlah tokoh kepada Panji Gumilang. Ia memandang hal itu karena ketidaktahuan para tokoh atas kondisi sebenarnya. Tak hanya itu, Prof Mukri menduga pihak pendukung Al-Zaytun telah tercuci otaknya.
“Kalau ada satu dua orang yang kelihatannya mendukung panji gumilang itu tercuci otaknya, orang-orang yang otaknya sudah tercuci,” ujarnya.
Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro mengklaim pihaknya telah mempercepat penanganan perkara dugaan penistaan agama Al-Zaytun. Sejumlah saksi pelapor dan saksi ahli disebutnya telah diperiksa terkait pelaporan atas Panji Gumilang di Bareskrim. *
Laporan: NOVIA SUHARI
