Jumat, 13 Juni 2025
Menu

Ramai-Ramai Tolak Kebijakan Sekolah Masuk Jam 6 Pagi Ala Dedi Mulyadi

Redaksi
Ilustrasi Anak SD | Ist
Ilustrasi Anak SD | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengaku menolak keras kebijakan baru dari Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi, yang ingin menerapkan sekolah masuk mulai jam enam pagi.

“Saya tidak sependapat dengan rencana penerapan jam sekolah pukul enam pagi oleh Dedi Mulyadi,” katanya kepada Forum Keadilan, Rabu, 4/6/2025.

Ia menilai, waktu tersebut terlalu dini untuk anak-anak mulai belajar. Sebab, anak-anak membutuhkan sarapan yang cukup untuk energi dan konsentrasi belajar.

“Dan di jam sepagi itu, banyak yang belum sempat sarapan atau asupan nutrisinya tidak terpenuhi,” ujarnya.

Selain itu juga berdampak negatif pada fokus, suasana hati, dan kemampuan belajar anak didik. Apalagi, katanya, isu keamanan juga muncul karena anak harus berangkat saat suasana masih gelap.

“Disiplin memang penting, tetapi memaksakan jam sekolah yang terlalu pagi bukanlah cara terbaik untuk mengajarkannya,” katanya.

Ia berpandangan bahwa kesehatan fisik dan mental anak harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan pendidikan, bukan semata-mata penambahan jam atau perubahan jam yang ekstrem tanpa kajian yang kuat.

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat mengatakan, belum bisa mengomentari kebijakan dari Kang Dedi Mulyadi (KDM) tersebut. Oleh sebab itu, ia meminta waktu untuk melakukan salat istikharah terlebih dahulu.

“Belum itu, nanti ya. Mau istikharah dulu, gitu,” katanya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.

Sebelumnya, Dedi mengaku bahwa penerapan jam masuk sekolah yang dimulai pada pukul enam pagi pernah ia berlakukan saat menjadi Bupati Purwakarta. Namun, di samping penambahan jam belajar, ia juga meminta agar kegiatan belajar sekolah hanya berlangsung pada hari Senin-Jumat saja.*

Laporan oleh: Novia Suhari