FORUM KEADILAN – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan kasus penyalahgunaan Fake Base Transceiver Station (BTS) yang digunakan untuk penipuan melalui SMS masking.
Direktur Jenderal Pengendalian Pos dan Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Wayan Toni Supriyanto mengungkapkan bahwa pihaknya telah membentuk satuan tugas khusus untuk mempercepat penindakan terhadap penggunaan fake BTS yang merugikan masyarakat.
“Jadi beberapa operator selular hadir ke kami dari Indosat dan Telkomsel karena jaringannya yang digunakan untuk mengirimkan SMS (palsu). Sebab itu, Komdigi membentuk satuan tugas yang melibatkan Bareskrim Polri, Bank Indonesia, Diskominfo DKI, dan BSSN, dan pihak operator seluler,” katanya dalam konferensi pers di Kemkomdigi, Jakarta, Selasa, 25/3/2025.
Langkah awal yang dilakukan tim adalah mengumpulkan aduan dari masyarakat yang menerima SMS mencurigakan. Tim kemudian menganalisis pola penyebaran SMS tersebut dengan teknologi handover pilot jaringan operator seluler untuk menentukan lokasi dan waktu kejadian. Selain itu, rekaman CCTV dari Jakarta Spark City juga dikumpulkan untuk mendukung proses investigasi.
“Kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap SMS masking yang dikirim oleh fake BTS. Masyarakat harus berhati-hati agar tidak tertipu oleh modus penipuan ini,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, hasil pemantauan yang dilakukan sejak 13 Maret, ditemukan bahwa pelaku menggunakan Frekuensi Ilegal untuk mengirimkan SMS blast yang mengatasnamakan salah satu bank swasta. Selain itu, perangkat fake BTS yang digunakan tidak memiliki sertifikasi resmi, karena dirakit secara ilegal di Indonesia tanpa memenuhi standar perundang-undangan.
“Pelaku menggunakan perangkat yang tidak tersertifikasi dan memanfaatkan frekuensi ilegal untuk menyebarkan SMS palsu. Ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mengganggu kualitas jaringan operator seluler di sekitar lokasi,” jelasnya.
Lebih lanjut, terungkap bahwa pelaku menjalankan aksinya menggunakan mobile MPV yang terus bergerak di area target. Kendaraan tersebut digunakan untuk memancarkan sinyal fake BTS secara berpindah-pindah, sehingga lebih sulit terdeteksi.
“Kami menemukan bahwa kendaraan ini berulang kali melintasi lokasi yang sama untuk menargetkan korban dengan pemantauan ketat, kami berhasil mengidentifikasi titik-titik di mana mereka beroperasi,” pungkasnya.*
Laporan Novia Suhari