Mengenal Brain Rot dan Dampaknya pada Kesehatan Otak

FORUM KEADILAN – Istilah-istilah baru terus bermunculan seiring perkembangan zaman, salah satunya adalah Brain rot, yang diartikan berarti “pembusukan otak” Istilah ini digunakan untuk menggambarkan dampak negatif dari penggunaan teknologi secara berlebihan.
Dilansir laman resmi Oxford University, setiap tahun mereka memilih satu kata atau frasa yang mencerminkan diskusi sosial terkini sebagai ‘Word of the Year‘. Untuk tahun 2024, brain rot terpilih sebagai kata tersebut, setelah melalui proses pemungutan suara publik yang melibatkan lebih dari 37.000 peserta.
Tradisi ini diinisiasi oleh Oxford Languages, bagian dari Oxford University Press, dengan tujuan memilih kata atau ungkapan yang paling mencerminkan suasana, percakapan, dan tren budaya di masyarakat. Pemilihan ini juga menjadi cara untuk memahami perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang sedang berlangsung.
Menurut Oxford English Dictionary (OED), brain rot (atau sering disebut brain rot) diartikan sebagai, “pembusukan pada kondisi mental atau intelektual seseorang akibat konsumsi berlebihan terhadap materi yang dianggap remeh atau tidak menantang, khususnya konten daring.”
Hal tersebut tercermin dari kekhawatiran tentang dampak mengkonsumsi konten daring tanpa mutu dalam jumlah berlebihan di media sosial, pada Sabtu 7/12/2024.
Frekuensi penggunaan istilah tersebut melonjak 230% dari tahun 2023 ke tahun 2024. Terutama di kalangan Gen Z dan Gen Alfa yang sangat akrab dengan media sosial dan gawai. Istilah brain rot dianggap relevan dengan keseharian generasi muda yang lekat dengan dunia digital.
Brain rot tidak hanya mempengaruhi anak muda, tetapi juga orang dewasa. Anak-anak yang mengalami brain rot menunjukkan tanda-tanda seperti menurunnya kemampuan fokus, kesulitan berkonsentrasi, dan prestasi akademik yang buruk.
Sementara itu, pada orang dewasa, gejalanya meliputi mudah lupa, rendahnya motivasi, mudah tersinggung, serta ketergantungan pada gawai untuk hiburan. Penyebab utamanya adalah konsumsi berlebihan terhadap layar dan konten digital.
Meski mencari hiburan melalui media sosial adalah hal wajar, brain rot yang sedang marak ini menjadi pengingat pentingnya meningkatkan kesadaran diri dalam mengontrol kebiasaan konsumsi produk digital. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan mental dan intelektual di tengah era digital yang serba cepat dan penuh distraksi.*
Laporan Zahra Ainaiya