Islah Bahrawi Wanti-wanti Densus 88 Waspada Terorisme Individual

Ilustrasi bom
Ilustrasi bom | ist

FORUM KEADILAN – Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Gus Islah Bahrawi mengapresiasi kinerja Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kewaspadaan.

Gus Islah menjelaskan, meskipun organisasi teroris seperti Daulah Islamiyah telah dilemahkan dan Jamaah Islamiyyah telah dibubarkan oleh negara, bukan berarti jaringan teror hilang sepenuhnya. Kata dia, jaringan teror bisa tetap ada dalam bentuk organisasi kecil atau individu.

Bacaan Lainnya

“Ketika ada organisasi teror mana pun saat sudah dilemahkan oleh negara, atau dia sudah membubarkan diri secara swadaya, pasti selalu ada ‘anak anak nakal’ yang tidak terima atas pembubaran organisasinya, fenomena ini juga terjadi pada organisasi teroris lain yang dilemahkan oleh negara, seperti Neo Nazi atau Klu Klux Klan di Amerika,” kata Gus Islah kepada Forum Keadilan, Senin, 5/8/2024.

Gus Islah mencatat beberapa aksi teror dalam beberapa tahun terakhir, seperti bom panci, bom bunuh diri satu keluarga, atau aksi bomber di Malang, Jawa Timur, yang berhasil digagalkan, menunjukkan bahwa gerakan teror di internet semakin rumit dan tidak terpusat.

Menurut Gus Islah, hal itu disebabkan banyak sel teror yang awalnya tergabung dalam organisasi besar memecah diri menjadi kelompok-kelompok kecil yang sulit diawasi.

“Aksi teroris di Malang kemaren itu mungkin serpihan-serpihan yang masih terikat oleh jaringan tertentu, yang dia masih menyimpan berbagai alat-alat teror. Nah, kelompok seperti ini yang harus diwaspadai,” katanya.

Gus Islah meyakini bahwa meskipun petinggi Jamaah Islamiyah telah menyatakan kesetiaannya pada NKRI, masih ada beberapa anggota yang tidak sepenuhnya tunduk pada NKRI dan Pancasila.

“Kemungkinan yang terjadi seperti ini, ini sangat besar sekali ada beberapa orang yang tidak mau tunduk terhadap NKRI dan Pancasila dan dia melakukan upaya pembangkangan, ini besar kemungkinan masih ada,” ujarnya.

Intelektual muda Nahdlatul Ulama ini meminta agar Densus 88 dan BNPT tetap waspada meskipun telah berhasil menggagalkan aksi teror di Malang dan merangkul JI kembali ke pangkuan NKRI.

Menurut Gus Islah, masih banyak eksponen dan kelompok kecil yang bergerak di bawah tanah untuk melancarkan aksinya di masa mendatang.

Gus Islah menyebut bahwa tugas Densus 88 dan BNPT semakin kompleks, yaitu mengamankan NKRI dari kelompok teror yang semakin rumit serta membina eks-teroris agar menerima Pancasila sebagai etika bernegara.

“Bahkan kini tugas densus berlipat ganda sebab mereka harus tahu cara bagaimana melakukan penyadaran kepada berbagai komponen dan eksponen Jamaah Islamiyah yang sudah membubarkan diri,” kata dia.

Menurut Gus Islah, aksi terorisme saat ini berbeda dengan sebelumnya. Jika dahulu kelompok radikal berafiliasi, kini mereka bergerak secara individu.

Berkembangnya internet memudahkan generasi baru teroris meracik dan merekayasa bom untuk aksinya. Gus Islah mencontohkan bagaimana di Eropa dan Amerika, aksi teror dilakukan oleh individu yang memiliki motivasi untuk melakukan tindakan keji.

“Nah ini dengan tidak adanya organisasi JI, ini akan semakin mengerucut kepada aksi-aksi personal atau inisiatif sendiri karena si teroris merasa organisasinya sudah bubar kemudian dia menggagas tindakan teror secara mandiri,” ucap Gus Islah.

Oleh karena itu, Gus Islah mengatakan, penanganan terorisme menjadi sangat rumit karena sistem sel tunggal yang makin tidak terdeteksi dan tidak bisa diprediksi oleh pihak mana pun.

“Justru tugas densus saat ini tidak sederhana, banyak pengamat bilang tugas densus berkurang dengan pembubaran JI, menurut saya malah justru makin berlipat ganda, karena ketika organisasi teror itu melemah atau membubarkan diri, maka profiling dan identifikasi aksi mereka jadi sedikit sulit karena mereka akan membuat jaringan kecil atau gerakan personal,” pungkasnya.*

Laporan Reynaldi Adi Surya 

Pos terkait