Anak Pertama Pasutri Lansia yang Ditemukan Tewas Membusuk di Bogor Bantah Telantarkan

kasus Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa, pasutri lansia yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Jonggol, Bogor, Jawa Barat (Jabar) | Ist
kasus Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa, pasutri lansia yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Jonggol, Bogor, Jawa Barat (Jabar) | Ist

FORUM KEADILAN – Baru-baru ini heboh terkait kasus Hans Tomasoa dan Rita Tomasoa, pasutri lansia yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Jonggol, Bogor, Jawa Barat (Jabar), yang telah ditelantarkan oleh anak-anak mereka.

Tetapi, Aris, anak pertama pasutri lansia ini, muncul dan membantah tuduhan itu.

Bacaan Lainnya

Bersama pengacaranya, Andreas Sapta Finady, Aris menjelaskan tuduhan penelantaran tersebut tak benar.

“Kita sangat menyayangkan kepada oknum-oknum memberikan narasi pencemaran nama baik, memfitnah tanpa mengkonfirmasi kepada keluarga ini sangat disayangkan,” ujar Andreas berdasarkan dari TikTok @storywartawanhiburan, Minggu, 21/7/2024.

Andreas menjelaskan bahwa kondisi ekonomi keluarga memang sedang tak stabil. Ia bekerja sebagai sopir dan anak kedua, Bradley, juga mengalami kesulitan keuangan.

“Jujur saya sampaikan di sini bahwa pekerjaan dari Pak Aris adalah sopir, lalu anak kedua yaitu Pak Bradley juga sedang dalam kondisi perekonomian yang tidak stabil,” ungkapnya.

Di sisi lain, Ciro, anak bungsu, lebih sering mengunjungi orang tuanya karena tinggal di Jakarta.

“Dan juga di sini Ciro lah yang memang banyak sering (berkunjung) karena tinggal di jakarta dan anak terakhir,” tambahnya.

Walaupun demikian, Andreas menegaskan bahwa keluarga tetap memberikan perhatian kepada orang tua mereka dengan meminta bantuan orang lain, seperti Teh Eka dan Pak Suanda, untuk dapat membantu mengawasi kondisi mereka sehari-hari.

“Yang menjadi atensi di sini bahwa keluarga tetap memberikan atensi baik kepada kedua orangtua yaitu dengan tokoh teh Eka dan Pak Suanda yang sering dimintakan oleh keluarga atau anak-anak mendiang ini untuk mensupervisi keadaan sehari-hari di sana,” jelasnya.

Lalu, Andreas juga menjelaskan bahwa sebelum orang tuanya meninggal, ia juga meminta pengurus gereja dan pengurus RT untuk membantu.

“Pada tanggal 13 Juli 2024 klien kami telah menemui salah satu pengurus gereja dan juga pengurus RT yang memang awalnya baik-baik saja, tapi setelah viral oknum ini bekerja sama dengan salah satu media akhirnya menceritakan hal-hal yang tidak benar, bahkan fitnah,” sambungnya.

Setelah orang tuanya meninggal, Aris mengaku dihalang-halangi untuk masuk ke rumah orang tuanya dengan alasan yang tidak jelas.

“Yang salutnya adalah kami dihalang-halangi untuk masuk ke dalam rumah karena alasan tidak jelas, yang kami pertanyakaan apakah oknum tersebut adalah saudara dari mendiang,” ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan, terdapat perselisihan keluarga yang melatarbelakangi tuduhan penelantaran ini.

Andreas menegaskan bila ada fitnah dan kebohongan, maka pihaknya akan menempuh jalur hukum.*

Pos terkait