Debat Kedua, Angkat Topi untuk Penampilan Gibran

Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka | YouTube GerindraTV
Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka | YouTube GerindraTV

FORUM KEADILAN – Tiga calon wakil presiden (cawapres) bertarung gagasan dalam acara Debat Kedua Pilpres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ketiganya tampil prima, tetapi performa Gibran dinilai paling mengejutkan.

Debat yang digelar di Jakarta Convantion Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Jumat 22/12/2023 berlangsung panas. Dalam debat yang mengusung tema Ekonomi Kerakyatan dan Digital, Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur dan Perkotaan, ketiga cawapres saling menyerang dan mengkritisi gagasan satu sama lain.

Bacaan Lainnya

Lantas, siapa yang disorot dalam pertarungan itu?

Pakar Komunikasi Politik Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, ketiga cawapres, baik Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD sama-sama memiliki penampilan yang baik.

Namun menurut Dedi, penampilan Gibran cukup mengejutkan. Dari segi argumen, cawapres dari nomor urut 2 itu cukup bagus, bahkan cenderung menggurui Mahfud MD dan Cak Imin.

“Gibran cukup mengejutkan dalam debat cawapres, bahkan cenderung menggurui Mahfud MD dan Muhaimin. Memang paparan yang ia sampaikan cukup bagus dari sisi argumen,” kata Dedi kepada Forum Keadilan, Sabtu 23/12/2023.

Tetapi, Dedi juga punya sedikit masukan untuk Gibran. Menurutnya, Gibran terkesan memaksakan pernyataan dan cenderung tidak fokus.

Misalnya dalam pemaparan soal investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN). Gibran menyebut bahwa sudah banyak investor yang berinvestasi ke mega proyek Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.

Pernyataan Gibran itu sempat disanggah oleh cawapres dari nomor urut 3, Mahfud MD. Menurutnya, sampai saat ini belum ada investor dari luar negeri yang berinvestasi di IKN.

Menjawab sanggahan Mafud, Gibran justru menyuruh Mahfud untuk membaca di internet bahwa sudah banyak yang berinvestasi di IKN. Kata dia, ada perusahaan dalam negeri yang sudah berinvestasi.

Padahal, kata Dedi, yang dimaksud Mahfud adalah investor dari luar negeri. Sebagaimana target pemerintah selama ini, menargetkan investor dari luar negeri.

“Gibran juga singgung ICOR (Incremental Capital Output Ratio) dengan ukuran persentase. padahal ICOR bukan index, artinya Gibran potensial tidak memahami apa yang ia bicarakan. Ada kesan ia menghafal,” ujarnya.

Selain itu, Dedi juga melihat kekeliruan Gibran dalam penyampaian soal rasio pajak. Menurut Dedi, itu dapat menyesatkan masyarakat. Terlebih, publik kurang menyadari kekeliruan tersebut karena fokus pada penampilan debat.

“Jika mencermati paparan dan argumentasi Gibran, jauh lebih banyak yang tidak benar dan hanya mengejar penampilan, bukan subtansi. Lalu soal rasio pajak, banyak yang sebenarnya keliru bahkan menyesatkan. Hanya saja publik tidak menyadari kekeliruan itu. Publik hanya fokus pada pemeranan Gibran dalam debat,” terangnya.

Dengan demikian, Dedi menyimpulkan, Gibran bagus dalam pemaparan dan juga provokasi. Sementara dari sisi subtansi, justru jauh panggang dari api.

“Jadi benar Gibran bagus dalam penampilan, tetapi buruk soal isi pernyataan,” tuturnya.

Sedangkan Cak Imin, menurut Dedi, dia berada dalam situasi yang baik. Ia dinilai tidak berlebihan dalam mengutarakan visi misi. Tapi, penyampaian Cak Imin dianggap lebih praktis.

“Muhaimin sebenarnya dalam situasi yang baik. Ia tidak berlebihan dalam mengutarakan visi misi, dan apa yang disampaikan Muhaimin ini justru yang lebih praktis,” ungkapnya.

Menurut Dedi, penampilan Mahfud MD dinilai mengungguli dari kedua cawapres lainnya. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Kemananan (Menko Polhukam) itu dianggap tepat membawa visi misi pemberantasan korupsi, karena sesuai dengan realitas yang ada di Indonesia.

“Lalu Muhaimin sedikit di bawah Mahfud, kelemahan Muhaimin adalah kedalaman gagasan. Ia belum cukup berani dan tegas dalam paparan,” pungkasnya.*

Laporan M. Hafid

Pos terkait