Rizieq Shihab dan UAS Dukung AMIN, Untung atau Buntung?

Ustaz Abdul Somad (UAS) berfoto bersama calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan
Ustaz Abdul Somad (UAS) berfoto bersama calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan | ist

FORUM KEADILAN – Calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) dari nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), mendulang dukungan ulama untuk bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

AMIN disebut telah menandatangani pakta integritas yang diajukan forum Ijtima Ulama sebagai syarat memberikan dukungan pada pesta elektoral mendatang. Pentolan Front Persaudaraan Islam (FPI), Rizieq Shihab menyambut baik penandatanganan tersebut.

Bacaan Lainnya

Selain kelompok Rizieq, ulama kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) baru-baru ini juga telah menyatakan mendukung AMIN saat Anies menemuinya di Riau.

Mengingat Anies yang masih lekat dengan politik identitas saat berlaga di Pilkada DKI Jakarta 2017, serta Rizieq Shihab yang menjadi motor penggerak demo berjilid-jilid untuk memenjarakan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait penistaan agama, apakah langkah AMIN menggaet ulama tersebut akan berbuah untung atau justru buntung?

Pengamat politik dari Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, dukungan ulama akan menguntungkan AMIN, karena Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar, sekalipun seorang santri tapi dia mendapat legitimasi politik sebagai tokoh nasionalis.

Makanya, kata Dedi, jika AMIN tidak mengambil ceruk suara dari kelompok Islam, dia harus berebut suara pemilih nasionalis dengan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, di mana keduanya dinilai sebagai bagian dari kelompok tersebut.

“Karena jika Anies tidak menarik kelompok pemilih Islam, maka ia harus bertarung dalam nuansa serupa dengan Prabowo dan Ganjar, itu tentu lebih terbatas,” kata Dedi kepada Forum Keadilan, Sabtu, 16/12/2023.

Menurut Dedi, kalkulasi politik yang dilakukan AMIN dalam menggaet ulama dianggap untuk mengakomodasi semua kelompok pemilih, baik dari pemilih Islam maupun nasionalis. Dukungan UAS dan Rizieq juga dinilai sinkron dengan partai pengusung AMIN, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Ummat.

“Di luar itu Anies juga punya dukungan nasionalis yang digawangi NasDem, juga tokoh-tokoh yang masuk di Timnas (tim pemenang nasional). Banyaknya pendeta menandai Anies cermat mengumpulkan semua pihak,” ujarnya.

Sementara itu, masuknya Rizieq ke dalam barisan pendukung AMIN dinilai tidak akan menimbulkan gesekan dengan kelompok pemilih Nahdlatul Ulama (NU) akar rumput. Sebab, kelompok ini, menurut Dedi, sudah diikat secara emosional oleh Cak Imin.

“Pemilih NU telah diikat secara emosional oleh Muhaimin dan PKB, kehadiran Rizieq Shihab tidak akan sampai membuat perpecahan,” tuturnya.

Sedangkan kelompok NU yang kerap bersinggungan dengan ketokohan Rizieq selama ini, dianggap sebagai kelompok NU elitis. Kelompok ini, kata Dedi, sudah tergabung dengan kelompok nasionalis dan menjadi barisan pendukung pasangan calon lain.

“Kelompok yang bereaksi atas ketokohan Rizieq sebenarnya NU elitis, atau publik yang pro nasionalis, dan itu porsinya ada di partai koalisi rival,” ucap Dedi.

Kendati begitu, Dedi menilai, keuntungan yang didapat AMIN dari dukungan Rizieq tidak meningkatkan elektabilitas secara signifikan. Pasalnya, kata Dedi, ceruk suara dari kelompok Rizieq tidak begitu besar.

“Artinya, ketika Rizieq bergabung memperkuat, tentu itu bernilai elektoral, jikapun tidak (bergabung), juga tidak banyak merugikan,” pungkasnya.*

Laporan M. Hafid

Pos terkait