FORUM KEADILAN – Media sosial dihebohkan dengan menu pencegahan stunting dalam Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kota Depok.
Hal tersebut disebabkan oleh menu yang disajikan dinilai tidak memenuhi standar gizi. Menu yang diberikan pada hari pertama hanya nasi dan sayur sup, sedangkan hari kedua cuma dua bungkus otak-otak.
Dalam unggahan di akun Instagram @depok24jam, menu-menu tersebut terlihat dibungkus dalam wadah bening dengan tutup warna-warni bergambar Wali Kota Depok Mohammad Idris dan Wakilnya, Imam Budi Hartono. Untuk kuah sup terlihat dibungkus plastik.
Anggota Komisi D DPRD Kota Depok Ikravany Hilman mengecam menu yang disediakan tersebut.
Ikra mempertanyakan kandungan gizi dalam makanan tersebut, mengingat program PMT seharusnya memiliki tujuan untuk menurunkan tingkat stunting di Kota Depok.
“Sangat tidak layak, nggak ngerti apa pertimbangannya,” kata Ikra saat dihubungi wartawan, Rabu, 15/11/2023.
Ikra menyebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok seharusnya menyediakan menu makanan yang lebih bergizi, seperti telur, ikan, atau daging. Terlebih lagi, program tersebut menelan anggaran sekitar Rp4,4 miliar, dengan rincian biaya sebesar Rp18.000 untuk satu paket makanan.
“Ini seolah-olah ingin menggugurkan kewajiban saja, padahal anggarannya itu hampir Rp4,4 miliar,” ujarnya.
Penjelasan Dinas Kesehatan Depok
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mary Liziawati menjelaskan bahwa menu yang viral di media sosial bukan menu makanan lengkap, melainkan kudapan. Menurutnya, menu yang disajikan sudah sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“PMT yang kami laksanakan ini sesuai dengan juknis Kementerian Kesehatan. Nah ini enam hari kudapan, kemudian yang satu harinya makanan lengkap,” jelas Mary kepada wartawan di Depok, Rabu, 15/11.
“Jadi kita punya pedoman dari Kemenkes, ini ada buku keluarga sehat isinya menu-menu. Satu lagi buku resep masakan keluarga terbitan dari Unicef dan buku resep makanan lokal dari Kemenkes. Jadi dua buku ini yang menjadi rujukan kami, Dinas Kesehatan dan puskesmas,” sambungnya.
Dijelaskan juga oleh Petugas Gizi Puskesmas Pengasinan Anita Yuningsih bahwa menu yang disajikan tersebut berdasarkan resep yang disusun dari buku Unicef.
Anita menjelaskan, meski terlihat seperti tahu biasa, namun dalam pembuatannya tahu sudah dicampur dengan sumber protein lain, yakni putih telur dan daging ikan.
“Jadi yang kelihatannya tahu, itu ada daging ikan, putih telur. Jadi kalau kita hitung per porsinya, itu ada kandungan 180 kalori dan 12 gram protein,” jelas Anita.
Begitu juga dengan menu otak-otak, Anita menyatakan bahwa kandungan gizinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan usia balita.
“Terus dua biji otak-otak, sebenarnya ini murni ikan dan daging ayam. Kalau kita lihat, satu porsi itu sama kandungnya 9-11 gram protein,” jelas dia.
Anita memastikan bahwa hidangan PMT dalam bentuk kudapan untuk balita ini sudah diproses sesuai dengan standar resep patokan Dinas Kesehatan Kota Depok.
“Dasar kami adalah buku standar resep ini, karena memang ada standar kebutuhan gizi yang harus kita penuhi,” jelasnya.
“Kami berusaha menyusun menjadi satu master menu yang bisa dipakai oleh teman-teman puskesmas dan katering untuk diberi kepada balita, dan tentu saja harus disesuaikan dengan standar umur si balita,” sambungnya.
Mery menyampaikan bahwa anggaran PMT untuk satu bayi adalah Rp18.000 per hari dengan durasi program selama 28 hari. Target dari program tersebut adalah 9.882 balita di Kota Depok.
Dijelaskan Mery, anggaran Rp18.000 per balita bukan hanya untuk makanan, namun untuk keseluruhan barang yang dibelanjakan, termasuk biaya untuk kemasan, transportasi, hingga biaya admin aplikasi.
“Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp18.000, ya kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Rp18.000 ini all in ya, yang sampai ke rumah masing-masing sasaran. Ada biaya pajak, administrasi di aplikasi, transportasi, kemudian kemasan dan lain sebagainya,” kata Mary.*
View this post on Instagram