Sri Mulyani Sebut Keadaan Dunia di 2023 akan Gelap Gulita, Ada Apa?

Menkeu Sri Mulyani.
Menkeu Sri Mulyani. | Ist

FORUM KEADILAN – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut ekonomi global akan gelap gulita pada 2023.

Ia menilai sektor perdagangan harus terus didorong demi memulihkan kondisi ekonomi global.

Bacaan Lainnya

Namun, kondisi pada pertengahan tahun 2023 ini disebut sedikit lebih baik dari yang diperkirakan semula.

Sebelumnya, sejumlah organisasi memang memprediksi banyak negara akan jatuh ke jurang resesi pada 2023 ini.

“Dunia akan gelap gulita 2023 ini karena pertumbuhan dunia hanya 2,1%. ini turun drastis dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang 6,3%,” ujarnya dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal yang disiarkan secara langsung lewat Kanal YouTube Kementerian Keuangan RI, dikutip Sabtu, 5/8/2023.

Meski keadaannya sedikit lebih baik, namun ia menilai kondisi ekonomi masih belum bisa dikatakan aman.

Pertumbuhan perdagangan dunia saat ini merupakan yang terendah, yakni hanya 2,1 persen. Angka ini jauh dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 10,7 persen.

“Ini adalah lowest point, paling rendah, hanya 2,0 persen. Tahun 2021 pertumbuhan perdagangan global mencapai 10,7 persen. Kalau dunia tidak saling berdagang, pasti ada bagian dunia yang tadinya membutuhkan barang atau jasa tidak mendapatkannya, dan kemudian akan mendorong harga-harga menjadi naik,” jelasnya.

Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya disrupsi, baik dari sisi suplai maupun dari sisi perdagangan.

Sisi disrupsi sangat menentukan inflasi seperti yang pernah terjadi pada 2022 silam saat masing-masing negara di dunia mengalami kenaikan sangat tinggi.

“Dunia inflasinya di 8,7 persen, tadinya 0 persen, atau mendekati nol. Negara maju bahkan beberapa negara mengalami deflasi,” ujarnya.

Dengan demikian, apabila aktivitas perdagangan terhambat dan permintaan turun, maka kegiatan produksi juga akan mulai mengalami penurunan.

Kondisi ini pun terlihat dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur dunia saat ini, 61,9 persen mengalami kontraksi. Meski demikian, Indonesia termasuk ke dalam negara yang industrinya masih bertumbuh positif.

“Hanya 14,3 persen negara-negara yang mengalami ekspansi dan akselerasi, itu termasuk Indonesia. Jadi Indonesia masuk ke yang sebelah kiri (ekspansi), bersama Turki dan Meksiko,” pungkasnya.*

Pos terkait