Iklim 2023 Diprediksi Lebih Kering, Waspadai Kebakaran Hutan

Lahan gambut. (IST)

FORUM KEADILANBadan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mewaspadai terjadinya kebakaran hutan pada tahun 2023. Kewaspadaan perlu ditingkatkan lantaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperkirakan bahwa pada 2023 mendatang iklim di Indonesia lebih kering dibandingkan tiga tahun belakangan.

Kepala BRGM Hartono menjelaskan ada dua fokus dari BRGM pada tahun 2023 mendatang.Pertama, melakukan antisipasi terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kedua, merehabilitasi ekosistem mangrove.

Bacaan Lainnya

“Tugas BRGM ini adalah melakukan terutama pencegahan agar ekosistem gambut yang sangat rawan terjadi kebakaran. Ketika gambutnya terlalu kering ini bisa kita lakukan pencegahan sedini mungkin,” ucap dia saat membuka rapat koordinasi di Kota Yogyakarta, Selasa, 13/12/2022. Hartono menambahkan terdapat dua lokasi hutan gambut yang sering terjadi anomali cuaca yakni di Kalimantan Barat dan Riau. Dua provinsi ini sering mengalami kebakaran ketika daerah lainnya memiliki curah hujan tinggi.

Baca juga:

Mahfud: Semua Harus Siap, Pemilu Pasti Ada Curangnya 

Kasus Suap, Hakim Tolak Praperadilan AKBP Bambang Kayun

“Pak Presiden memberikan PR ke kita agar menambah restorasi sampai pada tahun 2024 seluas 1,2 juta hektar dan wajib memastikan lokasi yang sudah direstorasi sejak 2016 tidak terjadi kebakaran lagi,” papar dia.

Cara mencegah lahan gambut tidak terbakar lagi, kata dia, adalah dengan memastikan semua infrastruktur yang sudah dibangun dapat digunakan. Selain itu melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

“Upaya pencegahan di tingkat desa terintegrasi karhutla khususnya di area gambut dengan berfungsinya area-area yang sudah restorasi. Maka bahaya kebakaran besar yang mungkin jadi perhatian bisa relatif dikurangi,” katanya.

Untuk rehabilitasi mangrove 2024 ditargetkan sebesar 600 ribu hektar. Hartono menyampaikan bahwa ekosistem mangrove memiliki kandungan karbon hampi 6 kali lipat jika dibandingkan dengan hutan tropis.

“Artinya kalau mangrove rusak 1 hektar yang dibuka sama dengan 6 kali merusak hutan tropis. Penting kita pertahankan mangrove dan percepat di 9 provinsi yang ditugaskan presiden,” ucap dia.

Hartono menyebut kedua ekosistem ini berperan dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi di Indonesia, dan bahkan dunia.

“Gambut dan mangrove merupakan dua ekosistem penting yang mempunyai peran di dalam mitigasi perubahan iklim,” ujarnya.

Sementara itu, Kabid Analisis Variabelitas Iklim BMKG Supari menjelaskan bahwa tiga tahun belakangan ini iklim di Indonesia dipengaruhi oleh La Nina, yang berdampak meningkatnya curah hujan. “Jadi dalam tiga tahun terakhir kita mengalami kondisi yang basah,” kata dia.

Supari menambahkan tahun depan iklim di Indonesia diprediksi tidak sebasah tiga tahun terakhir. Dari perhitungan statistik BMKG selama 7 tahun berturut-turut belum pernah terjadi La Nina selama 4 tahun berturut-turut, maksimal hanya 3 tahun.

“Ini sudah tahun yang ketiga sehingga peluang kecil terjadi La Nina tahun depan,” ujarnya.

Dengan statistik tersebut, dia mengingatkan bahwa tahun 2023 mendatang perlu diwaspadai terjadinya karhutla. “Kita perlu mewaspadai adanya potensi karhutla yang lebih besar dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022,” ucapnya.

Supari menambahkan ada dua lokasi di Indonesia yang memiliki potensi kebakaran hutan yakni di Sumatera dan Kalimantan.

“Jadi kalau ditanya kekeringannya merata atau tidak, yang perlu kita waspadai daerah-daerah yang memang menjadi spot-apot karhutla di antaranya Sumatera dan Kalimantan,” ujar dia.*