Geng Motor Marak, Kriminolog: Orangtua Harus Awasi Teman Anaknya

Ilustrasi geng motor
Ilustrasi Geng Motor. Istimewa

FORUM KEADILAN –  Aksi brutal geng motor kembali terjadi di Kota Bandar Lampung, Lampung. Puluhan pesepeda motor menganiaya tiga pelajar SMA di sekitar kawasan Gunung Camang, Tanjunggading, Minggu pagi, 30/10/2022.

Akibatnya, ketiga pelajar luka-luka di mana seorang di antaranya harus dirawat di rumah sakit karena mengalami luka cukup berat. Korban berinisial Ar yang merupakan siswa salah satu SMA negeri di bilangan Pahoman, Bandar Lampung, mengalami luka serius di bagian kaki dan tangan. Siswa kelas X tersebut dianiaya, bahkan sempat diseret dengan sepeda motor oleh para pelaku yang umumnya berusia belasan.

Bacaan Lainnya

Yani Osmawati, dosen kriminologi Universitas Budi Luhur, Jakarta, menilai fenomena geng motor yang kembali marak di Bandar Lampung dan kota-kota besar lainnya di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, merupakan problem eksistensi. Geng motor muncul karena para pelaku yang umumnya berusia remaja sedang dalam fase mencari eksistensi.

“Beberapa geng motor mungkin sekadar komunitas. Namun di kasus Bandar Lampung ini mereka sama sekali tidak ada motif ekonomi, melainkan tindakan anarkistis semata yang bertujuan menunjukkan eksistensi kelompok mereka,” jelas Yani.

Kelompok tersebut beranggapan, dengan melakukan tindakan kekerasan-

anarkistis dan sebagainya eksistensi mereka sebagai sebuah entitas geng motor akan meningkat.

Menurut Yani, peran orangtua dan guru sangat penting dalam mengawasi perkembangan anak dan lingkungannya supaya tidak terjerumus ke kelompok anarkis, seperti geng motor.

“Dengan memberikan kegiatan-kegiatan positif di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat, orangtua dapat mencegah risiko anak terjerumus ke dalam kelompok-kelompok anarki. Peran orangtua untuk mengawasi teman-teman anak di lingkungannya juga penting terhadap keselamatan anak,” sambungnya.

Kabar mengenai aksi kekerasan oleh geng motor di Bandar Lampung beredar di grup-grup WhatsApp (WA). Kabar tersebut awalnya diposting salah satu guru siswa yang menjadi korban.

Informasi yang didapat Forum Keadilan, peristiwa bermula ketika Ar dan kawan-kawan menginap di rumah seorang rekan mereka pada Sabtu malam, 29/10. Pada Minggu subuh Ar dan dua temannya pulang dengan mengendarai sepeda motor. Di perjalanan, di sekitar kawasan Tanjunggading dekat kaki Gunung Camang, mereka berpapasan dengan sekelompok pesepeda motor yang sebagian besar merupakan remaja usia belasan.

“Geng motornya rame, ada sekitar 30 motor bonceng tiga semua,” tulis seorang wali siswa dalam grup WA yang mengaku mengetahui peristiwa tersebut. “Kebetulan rumah saya dekat dengan TKP (tempat kejadian perkara).”

Belum jelas benar sebabnya, kawanan pesepeda motor tiba-tiba menyerang Ar dan kawan-kawan. Tak siap mendapat serangan tersebut, Ar dkk kocar kacir. Dua di antaranya terperosok masuk parit sehingga mengalami luka-luka.

“Dua orang masuk parit dengan satu kaki luka belah, satunya lagi luka-luka di bagian muka,” terang wali siswa tersebut. “Untungnya yang dua masuk dalam parit, ngejebur sama motornya. Kalau nggak bisa habis juga sama geng motor.”

Malang bagi Ar, dia tertangkap anggota geng. “Nah yang satu ini dibawa (oleh geng motor) lalu digeret-geret. Korbannya sampai pingsan. Dia sempat diseret pakai motor. Kakinya dipukul balok. Ngeri banget,” tulis wali tersebut.

Mengetahui ada keributan, sejumlah warga keluar rumah. Melihat itu, geng motor kabur. “Waktu warga sudah mulai ramai, mereka kabur, hanya tinggal satu korban yang dibawa kabur sambil digeret,” masih keterangan orangtua siswa di grup WA.*

 

Laporan Fadlawalad Dimas Zocarli