Selasa, 17 Juni 2025
Menu

Tutup Kajian Kitab Arrisalah, Cak Imin: Semoga Spirit Juang Partai Bertambah

Redaksi
PKB Menutup Kajian Kitab Arrisalah karya Hasyim Asy'ari yang dipimpin oleh Said Aqil Siroj (tengah) dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kedua dari kanan) di Gedung PKB, Selasa, 25/3/2025 | Syahrul Baihaqi/Forum Keadilan
PKB Menutup Kajian Kitab Arrisalah karya Hasyim Asy'ari yang dipimpin oleh Said Aqil Siroj (tengah) dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kedua dari kanan) di Gedung PKB, Selasa, 25/3/2025 | Syahrul Baihaqi/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengakhiri ‘ngaji’ kajian kitab Arrisalah Jami’atul Maqasid karya KH Hasyim Asy’ari dengan yang dibawakan oleh Said Aqul Siroj.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin berharap dengan berakhirnya kajian tersebut akan menambah spirit perjuangan partainya.

“Semoga dengan kegiatan setiap tahun membalah kitab karya Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari spirit perjuangan kita semua bertambah, spirit PKB untuk terus menggelorakan akidah ahlussunnah wal jamaah annahdiyah di bumi yang kita cintai,” kata Cak Imin, Selasa, 25/3/2025.

Pada kesempatan yang sama, Ketua DPP PKB Bidang Pendidikan dan Pesanteren Yusuf Chudlori bersyukur lantaran kajian rutin PKB atas karya-karya Mbah Hasyim berjalan dengan lancar dan sukses.

Ia pun secara khusus berterima kasih kepada para narasumber yang telah memandu kajian kitab tersebut.

“Kami selaku yang diamanahi oleh DPP pertama tentu mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang telah meluangkan waktunya membalah kitab Jamiatul Maqasid karya mbah Hasyim,” kata Gus Yusuf.

Ketua DPW PKB Jawa Tengah itu berharap dengan berakhirnya kajian tersebut bisa menambah keberkahan serta semangat juang setiap kader PKB.

“Dan tentu semoga kita diakui menjadi santri Hadratussyeikh Mbah Hasyim Asy’ari,” tambahnya.

Sementara itu, Said Aqil dalam mengkaji pasal ketujuh dari kitab Arrisalah Jami’atul Maqasid yang membahas tasawuf. Menurut Kiai Said, tasawuf bukan akhlakul karimah.

“Akhlakul karimah penting, tapi bukan tasawuf. Hormat tamu, hormat tetangga itu akhlakul karimah, tapi bukan tasawuf. Tasawuf juga bukan ilmu hikmah. Orang dipedang tidak mempan, orang bisa menghilang, orang paham bahasa binatang itu bukan tasawuf,” ujarnya.

Ia lantas menjelaskan makna tasawuf sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, yaitu ilmu menata hati agar meraih maqom atau posisi dan kondisi yang diridai Allah SWT.

Ia pun memaparkan lima jalan sufi dalam kitab tersebut. Pertama, takwa kepada Allah di manapun. Kedua, selalu berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad SAW. Ketiga, berpaling dari makhluk, baik ketika dipuji atau saat dibenci.

Lalu keempat, katanya, menerima atau rida atas setiap rahmat dan nikmat yang Allah berikan. Kelima, selalu mengembalikan apapun kepada Allah, baik yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan.

“Maka hakikatnya takwa, dawuh Mbah Hasyim, adalah wara’, yaitu selektif, istikamah, konsisten, menjaga sunnah serta akhlakul karimah,” ucapnya.

Penutupan kajian kitab tersebut dihadiri oleh seluruh narasumber, yaitu KH Ahmad Badawi Basyir, KH Nur Hayid, KH Ahmad bin Kafabih, KH Rif’an Nasir, KH Maman Imanulhaq, Nyai Hj Badriyah Fayumi, serta Nyai Hj Hindun Anisah.

Nampak pula hadir Sekretaris Dewan Syura DPP PKB KH Saifullah Maksum, Bendahara Umum DPP PKB Bambang Susanto, Ketua Fraksi PKB DPR RI Jazilul Fawaid, anggota DPR RI Fraksi PKB Anggia Ermarini, Rivqy Abdul Halim, dan Muhammad Khazin.*

Laporan Syahrul Baihaqi