FORUM KEADILAN – Pemerintah akan membangun kilang minyak (refinery) terbesar di Indonesia berkapasitas 500 ribu barel. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 3/3/2025.
Rencana ini menjadi salah satu poin yang dibahas dalam rapat bersama dengan Presiden Prabowo Subianto pada Senin malam. Bahlil yang juga merupakan Ketua Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi menyatakan bahwa proyek tersebut masuk dalam tahap pertama investasi hilirisasi tahun 2025.
“Kita juga akan membangun refinery yang insya Allah kapasitasnya itu kurang lebih sekitar 500 ribu barel. Ini salah satu yang terbesar nantinya. Ini dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik,” tutur Bahlil kepada media, Senin, 3/3.
Menurut Bahlil, total kebutuhan investasi hilirisasi tahap pertama mencapai USD45 miliar dari modal Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Kemudian untuk tahun 2025, targetnya sekitar USD618 miliar.
“Kami telah memutuskan tahap pertama hilirisasi yang ditargetkan kurang lebih sekitar USD618 miliar untuk di tahun 2025, yang tadi kami paparkan kurang lebih sekitar 21 proyek pada tahap pertama yang total investasinya kurang lebih sekitar USD45 miliar,” jelas dia.
Bahlil juga mengungkapkan salah satu proyek hilirisasi lainnya pada tahap pertama, yaitu pembangunan penampungan minyak mentah untuk Cadangan Penyangga Energi di Pulau Nipa. Selain itu, pemerintah juga akan melanjutkan proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) yang akan menjadi substitusi LPG.
Lalu, ada juga proyek hilirisasi lain yang tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas tembaga, nikel, bauksit, hingga alumina.
“Kemudian di sektor pertanian, sektor perikanan juga masuk tadi termasuk di sektor kehutanan,” ungkap Bahlil.*