FORUM KEADILAN – Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya di HUT PDI Perjuangan, menyinggung adanya pihak-pihak yang ingin menggantikannya di kursi Ketua Umum (Ketum).
Namun, Megawati juga menyatakan bahwa dirinya tak tertarik menjadi Ketum terus-menerus.
Sebagaimana diketahui, selama ini sebenarnya ada dua tokoh yang santer diisukan untuk duduk di singgasana Ketum PDI Perjuangan. Mereka adalah kedua anak Megawati, Puan Maharani dan Prananda Prabowo.
Meskipun begitu, Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Lili Romli mengingatkan, bukan hanya Puan dan Prananda, di internal PDI Perjuangan juga mungkin ada faksi-faksi lain yang mengincar posisi kursi Megawati. Terlebih partai tersebut memiliki basis yang besar di tengah masyarakat.
“Sebagai partai besar, yang memiliki basis massa yang kuat, wajar banyak yang mengincar posisi ketua umum partai. Keberadaan Megawati, yang selalu menjadi Ketum PDI Perjuangan, merupakan figur pemersatu dari faksi-faksi tersebut,” katanya kepada Forum Keadilan, Minggu, 12/1/2024.
Lili menjelaskan, keberadaan sosok Megawati sendiri lah yang selama ini menyatukan faksi-faksi di internal PDI Perjuangan.
Jika Megawati tak lagi menjadi Ketum, konflik di internal PDI Perjuangan menjadi hal yang tak terhindarkan.
“Kemungkinan perpecahan atau konflik internal bisa muncul, yang bisa memecah soliditas. Dalam upaya menjaga soliditas tersebut, maka Megawati diusung terus menjadi Ketum,” jelasnya.
Lili melihat, antara Puan dan Prananda memang ada rivalitas. Di mana, masing-masing anaknya itu memiliki karakter kepemimpinan yang berbeda satu sama lain.
Prananda dinilai lebih ideologis dan rigid (kaku atau tidak mudah berubah) seperti Ibunya, Mega. Sedangkan Puan, dinilai lebih fleksibel dan akomodis seperti Ayahnya Taufik Kiemas.
“Keduanya sama-sama memiliki pendukung di internal PDI Perjuangan. Dalam Kongres nanti, di tengah-tengah serangan yang gencar terhadap PDI Perjuangan, saya kira dalam upaya untuk tetap mempertahankan soliditas, kemungkinan tidak akan terjadi suksesi. Mega akan tetap menjadi Ketum lagi,” pungkasnya.*
Laporan Merinda Faradianti