Hari Braille Sedunia 2025: Mewujudkan Aksesibilitas Tanpa Batas untuk Penyandang Tunanetra

Ilustrasi Hari Braille Sedunia 2025 | Ist
Ilustrasi Hari Braille Sedunia 2025 | Ist

FORUM KEADILAN – Setiap tahunnya, 4 Januari diperingati sebagai Hari Braille Sedunia, yang menyoroti pentingnya memberikan akses yang setara bagi penyandang tunanetra di berbagai aspek kehidupan. Aksesibilitas yang terbatas masih menjadi tantangan utama bagi banyak penyandang tunanetra, terutama dalam pendidikan, pekerjaan, dan penggunaan teknologi.

Braille memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam masyarakat. Sistem tulisan ini menggunakan titik-titik timbul yang dapat dibaca dengan sentuhan, sehingga memungkinkan individu yang buta atau memiliki gangguan penglihatan untuk membaca dan menulis secara mandiri.

Bacaan Lainnya

Braille juga digunakan untuk membaca buku, menavigasi rambu, dan mengakses label barang sehari-hari, menjadikannya alat penting untuk literasi dan kemandirian penyandang gangguan penglihatan.

Braille, representasi taktil dari simbol numerik dan alfabet, dengan enam titik mewakili huruf dan angka, serta simbol untuk matematika, musik, dan ilmu pengetahuan. Sistem ini diciptakan pada tahun 1824 oleh Louis Braille, seorang anak laki-laki Prancis yang lahir pada 4 Januari 1809. Kini, Braille digunakan di seluruh dunia dalam berbagai bahasa, dan Hari Braille Sedunia diperingati setiap 4 Januari untuk menghormati penemuan tersebut.

Namun, meskipun Braille telah memberikan dampak besar dalam kehidupan penyandang tunanetra, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan akses yang setara dalam berbagai bidang, seperti informasi, pendidikan, dan kesempatan profesional.

Salah satu kendala utama adalah terbatasnya materi pendidikan dalam format Braille, baik di sekolah maupun universitas. Banyak institusi pendidikan yang belum sepenuhnya mengintegrasikan Braille dalam kurikulumnya, yang membatasi akses penyandang tunanetra untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri.

Di sisi lain, tidak semua tempat kerja ramah disabilitas, sehingga banyak penyandang tunanetra yang kesulitan dalam melaksanakan tugas mereka dengan efektif karena kurangnya perangkat atau teknologi yang mendukung.

Di dunia digital, meskipun teknologi pembaca layar dan aplikasi Braille semakin berkembang, masih banyak situs web, aplikasi, dan platform digital yang belum sepenuhnya dapat diakses oleh pengguna Braille. Hal ini menambah kesulitan bagi penyandang tunanetra untuk berpartisipasi dalam dunia digital yang semakin berkembang.

Untuk itu, Hari Braille Sedunia menjadi kesempatan untuk memperjuangkan hak akses yang setara bagi penyandang tunanetra di seluruh dunia. Dengan memperluas akses terhadap teknologi dan informasi yang dapat diakses, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan profesional.*

Laporan Zahra Ainaiya

Pos terkait