Minggu, 22 Juni 2025
Menu

Review Film: Gladiator II

Redaksi
Film Gladiator II | Ist
Film Gladiator II | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Ridley Scott kembali menghadirkan epik yang mendebarkan melalui “Gladiator II”, sebuah sekuel yang telah lama dinantikan setelah film pertamanya yang sukses besar pada tahun 2000. Film ini melanjutkan kisah 16 tahun setelah kematian Maximus, dengan fokus pada Lucius Verus (diperankan oleh Paul Mescal), putra Lucilla, yang sekarang tumbuh menjadi seorang pemimpin tangguh.

Cerita dimulai dengan Lucius yang hidup damai di Numidia, hingga invasi Romawi yang dipimpin oleh Jenderal Marcus Acacius (Pedro Pascal) menghancurkan dunianya. Setelah ditangkap dan dijadikan gladiator, Lucius harus bertahan di arena Colosseum sembari mencari keadilan atas kematian keluarganya.

Film ini juga memperkenalkan Macrinus (Denzel Washington), seorang pelatih gladiator yang karismatik dan penuh intrik, mencuri perhatian dalam setiap adegan dengan penampilannya yang memukau.

Pascal dan Mescal tampil solid, namun Denzel Washington menjadi sorotan utama, memadukan kekuatan dramatis dengan elemen hiburan yang tinggi. Karakter antagonis lainnya, kaisar kembar Geta (Joseph Quinn) dan Caracalla (Fred Hechinger), memberikan dimensi tambahan dengan penampilan mereka yang eksentrik.

Selain itu, Ridley Scott berhasil menghadirkan visual yang mengesankan, termasuk adegan pertempuran besar seperti duel melawan badak mekanis dan pertarungan laut di Colosseum yang diisi dengan hiu. Meski terkadang mengorbankan akurasi sejarah demi hiburan, aksi-aksi ini memberikan nuansa spektakuler yang memukau, memanfaatkan teknologi CGI modern yang tak mungkin diwujudkan di film pertama.

Seperti pendahulunya, Gladiator II mengeksplorasi tema pengkhianatan, balas dendam, dan harapan. Dialog yang berisi serta referensi budaya Romawi seperti kutipan dari Virgil memberikan kedalaman emosional pada film, menjadikannya lebih dari sekadar tontonan aksi.

Film ini juga mengkritik korupsi dan dekadensi Romawi melalui adegan-adegan yang menggambarkan pemborosan dan kekejaman di arena gladiator.*

Meski menghadirkan cerita yang memikat, beberapa kritikus merasa bahwa film ini terlalu sibuk dengan subplot yang kompleks dan alur yang sedikit terhambat di awal. Namun, aksi dan drama di babak ketiga berhasil mengangkat pengalaman keseluruhan, menunjukkan bahwa Scott masih menjadi salah satu sutradara epik terbaik di usia 86 tahun.

Laporan Dian Pangestu Pancar