FORUM KEADILAN – Sri Mulyani Indrawati sosok Menteri petahana yang kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) RI pada Kabinet Merah Putih di bawah pemerintah Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Pelantikan yang digelar pada Senin, 21/10/2024, memperlihatkan bahwa kepercayaan yang kuat berlanjut terhadap sosok Sri Mulyani yang telah menjabat sebagai Menkeu RI selama tiga periode berturut-turut sejak masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi), dan saat ini Prabowo Subianto.
Walaupun, pada saat sebelum terpilihnya Prabowo terdapat kabar bahwa Sri Mulyani tidak akan masuk ke kabinet Prabowo-Gibran. Namun, hal Sri Mulyani sendiri mengungkapkan bahwa Prabowo meminta untuk kembali memimpin Kementerian Keuangan.
Dirinya dan Prabowo melakukan diskusi cukup lama dan panjang termasuk membahas prioritas-prioritas pemerintahan ke depan.
Pengamat ekonomi, Yanuar Rizky pun menjelaskan bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sosok Sri Mulyani lah yang sesuai untuk pasar keuangan di Indonesia hingga multilateral bank dunia seperti IMF mengingat rekam jejaknya yang panjang di dunia perekonomian nasional maupun internasional.
“Kalau kita bicara pasar keuangan nyaman dengan Sri Mulyani, kalau kita bicara juga tentang lembaga-lembaga multilateral bank dunia, IMF, nyaman sama Sri Mulyani, jadi ya kita nalar saja bahwa kalau kekuatan geopolitik global dalam hal lembaga multilateral dan segala macem pasti akan mendukung beliau, mendukung segala aspek,” jelas Yanuar Rizky, dalam Podcast Hanya Disini (PHD) 4K di Forum Keadilan TV, dikutip pada Selasa, 5/11/2024.
“Bahkan kalau kita lihat dalam kabinet sekarang, semua orang menganggap bahwa semua kabinet yang besar ini merepresentasikan kompromi politik dalam artian politik lokal tapi orang lupa gitu, bahwa yang teknokrat pun sebetulnya ada dukungan politik, tapi politiknya politik global, sehingga artinya sama kayak teh botol gitu kan, dalam artian siapapun Presidennya, Menteri Keuangannya Mulyani,” lanjutnya.
Yanuar memandang bahwa Prabowo sebenarnya dari awal memperlihatkan adanya sebuah perbedaan pandangan terhadap Sri Mulyani dalam sektor perekonomian. Kabar mengenai Sri Mulyani yang tidak terpilih kembali menjadi Menteri Keuangan pun juga sebelumnya pernah disebut oleh Thomas Djiwandono.
“Nah itu juga ada nih tekanan dari pasar kan, padahal kita bahas waktu itu ya memang rupiahnya mau melemah gitu, bawa-bawa isu aja gitu kan, tapi yang cukup mengkagetkan, ini kan ada dua nih kubu geopolitik nih sekarang kubu IMF, kubu BRICS,” ujarnya.
Ia kemudian menjelaskan awal mula lahirnya BRICS hingga proses IMF dan Bank Dunia (World Bank) yang melakukan proses review Bretton Woods Agreement dan terdapat fakta menarik yang diungkap olehnya, bahwa 4 sosok yang memimpin review terhadap Bretton Woods Agreement untuk memberikan respons terhadap negara-negara berkembang yang emerging market, termasuk dalam hal ini negara Cina, salah satunya adalah Sri Mulyani.
“Jadi di Mei itu saja sudah jelas sinyalnya, seolah-olah diberi peran lah, diberi panggung lah, nah kemudian yang menariknya lagi 1 bulan kabinet ini ditetapkan September, retreat kayak di Magelang juga Akmil, ini retreatnya di tempat dulu Bretton Woods di Amerika Serikat dan setiap forum kita lihat di IG-nya Sri Mulyani, suasananya lebih dengan petinggi-petinggi IMF dan sebagainya,” tuturnya
Menurutnya, hal yang menarik dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani selalu memimpin kegiatan dalam pertemuan.
“Nah, yang menarik di September itu hampir seluruh pertemuan yang mimpin Sri Mulyani,” imbuhnya.*