FORUM KEADILAN – Saksi Harvey Moeis mengungkap, dirinya pernah dimintai bantuan oleh Kapolda Bangka Belitung (Babel) yang saat itu dijabat oleh Brigjen Pol Syaiful Zachri. Diketahui, Harvey dikenalkan ke PT Timah melalui Kapolda Babel.
Kata Harvey, ia di tahun 2017 diundang Kapolda Bangka Belitung dalam acara pisah sambut jabatan. Pada saat itu, ia mengajak Direktur Utama PT Refined Bangka Tin (RBT) Suparta.
“Saya diundang Kapolda Babel, saya diundang di acara pisah sambutnya, dan saya ajak Pak Suparta juga. Saya mengenalkan Pak Suparta sebagai pemilik PT RBT, di situ saya juga kenal dengan Pak Reza (Direktur Pengembangan PT RBT),” katanya di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat (Jakpus), Rabu, 23/10/2024.
Setelah acara tersebut, Harvey mengatakan dihubungi Kapolda Babel dan diminta membantu PT Timah. Katanya, PT Timah sedang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasir timah.
“Pak Kapolda bilang waktu itu, ‘Anda kenal orang dari RBT. Tolong sampaikan untuk bantu PT Timah mereka kekurangan pasir.’ Lalu saya laporkan ke Pak Suparta,” lanjutnya.
Setelahnya, Harvey melaporkan ke Suparta untuk membantu perusahaan pelat merah itu mendapatkan pasir timah.
Tak lama, Harvey di-invite ke sebuah grup WhatsApp bernama New Smelter. Di mana, isi grup chat itu berisi perwakilan dari PT Timah dan smelter swasta.
“Pak Suparta menjalankan ide beliau bagaimana cara membantu PT Timah, saya di-invite ke grup WA New Smelter yang isinya ada beberapa orang dari PT Timah dan smelter swasta,” ujarnya.
Diketahui, saksi karyawan PT Timah Ahmad Samhadi mengungkap adanya group WhatsApp yang bernama ‘New Smelter’ untuk memudahkan PT Timah berkoordinasi mengenai peningkatan bijih bersama smelter swasta serta afiliasinya.
Ahmad mengatakan, admin yang memegang group tersebut merupakan anggota Polri berpangkat Komisaris Besar (Kombes).
“Adminnya setahu saya, Kombes Multi. Polda Kepulauan Bangka Belitung,” katanya di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat (Jakpus), Kamis, 22/8.
Selain itu, anggota group percakapan tersebut terdiri dari PT Timah sendiri serta para smelter swasta lainnya. Katanya, lebih kurang anggota group itu sebanyak 22 orang.
Secara singkat, Ahmad menjelaskan guna group chat tersebut, yakni untuk menantau produksi tambang bijih timah. Di mana, melalui perusahaan boneka atau cangkang, PT Timah membeli dan/atau mengumpulkan bijih timah dari penambang ilegal di wilayah IUP PT Timah.
Kemudian, disuplai untuk pelaksanaan kerja sama sewa peralatan processing untuk pelogaman timah antara PT Timah dengan PT RBT.*
Laporan Merinda Faradianti