FORUM KEADILAN – Sejumlah pihak beranggapan bahwa tidak semua yang pergi ke Suriah dapat dikategorikan teroris. Menurut mereka, ada juga sebagian dari mereka yang pergi ke Suriah merupakan relawan kemanusiaan.
Mengomentari hal itu, Pakar Geopolitik Timur Tengah Dina Y Sulaeman mengungkapkan pandangan berbeda.
Dalam Podcast Forum Ngobrol Bareng Darwin (Ngopdar) di Forum Keadilan, Dina mengatakan, mungkin relawan Suriah tersebut bukanlah teroris, melainkan mereka yang bekerja sama dengan teroris dan menyetujui aksi terorisme itu.
“Mungkin bukan teroris, mungkin ya. Tapi pasti dia pasti bekerja sama dengan teroris dan pasti dia menyetujui terorisme itu,” ujar Dina Sulaeman dalam Podcast Forum Ngopdar, pada Rabu, 7/8/2024
Ia menjelaskan, ada dua cara bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Suriah. Pertama melalui Kedutaan Besar Indonesia di Suriah. Kedua, melalui Turki.
Menurut Dina, jalur tersebut perlu dipertanyakan. Sebab, kalau tidak resmi disalurkan lewat kedutaan, kemungkinan besar itu untuk teroris.
“Kalau dia jawab lewat Kedutaan Besar Indonesia di Suriah, bekerja sama resmi dengan pemerintahan Suriah, tidak ada masalah. Tapi, kalau dia jawab, oh kami kirim lewat Turki, dari Turki masuk ke Idlib, fix itu pasti dia menyetujui terorisme,” jelasnya.
Diketahui, Provinsi Idlib beserta sebagian Hama, Latakia, dan Aleppo adalah tempat pertahanan terakhir kelompok-kelompok pemberontak dan jihadis yang mencoba menggulingkan Presiden Al-Assad sejak 2011 silam.
“Karena Provinsi Idlib di Suriah itu dikuasai oleh teroris. Pemerintah Suriah saja tidak bisa masuk kesitu, PBB tidak bisa masuk,” ungkapnya.
Sebelumnya juga diketahui, pada 6/2/2023 lalu Turki dan Suriah diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 7,8 yang berlangsung pada musim dingin.
Akibat dari gempa ini, sebanyak 50.000 orang lebih tewas dan guncangan gempa itu meluas hingga Suriah hingga menewaskan 6.000 orang lainnya.
Kantor Perwakilan PBB di Suriah pun mengkonfirmasi kelompok teroris Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) yang berafiliasi al-Qaeda di Suriah menghalangi masuknya bantuan untuk korban gempa bumi.
Bantuan dari pemerintah Suriah di Damaskus dilarang masuk Provinsi Idlib yang dikuasai oleh sekelompok bersenjata proksi asing, termasuk Turki.
“Artinya, orang yang nganter bantuan ke situ minta izinnya berarti ke siapa? Kan ke terorisnya ini kan. Kok bisa dia masuk aman, bisa masuk terus nanti keluar lagi? Kan berarti temenan dengan terorisnya ya,” tuturnya.
Di Podcast Forum Ngopdar yang dipandu oleh Muhammad Darwinsyah sebagai host, Dina terakhir mengatakan bahwa terorisme akarnya berasal dari radikalisme. Pikiran radikalisme sendiri diawali dengan sikap intoleransinya terhadap sesama.
Hal ini semakin diperparah dengan doktrin yang salah dan berita tentang geopolitik Timur Tengah yang salah kaprah hingga terjadi aksi terorisme.
Agar dapat mencegah aksi terorisme dan radikalisme terjadi kembali, diperlukannya upaya-upaya edukator untuk dapat memberikan edukasi agar masyarakat tidak intoleransi lagi.
Pemahaman soal geopolitik Timur Tengah juga harus dipahami oleh masyarakat agar tidak mudah dibujuk seperti kejadian di ISIS dan tidak mudah percaya dengan informasi hoax beredar.*