Marak Aksi Bullying, Apa Bedanya dengan Bercanda?

Psikolog Ajeng Raviando dalam podcast Polwan Forum Keadilan | Dok. Forum Keadilan
Psikolog Ajeng Raviando dalam podcast Polwan Forum Keadilan | Dok. Forum Keadilan

FORUM KEADILAN – Isu perundungan atau bullying belakangan kian santer dibicarakan publik. Hal itu lantaran banyaknya aksi bullying yang terjadi, seperti kasus yang terjadi di sekolah Binus dan salah satu pesantren di Kediri.

Lantas, apa yang disebut sebagai aksi bullying dan bagaimana mengetahui bahwa aksi tersebut dapat dikatakan sebagai bullying?

Bacaan Lainnya

Psikolog Ajeng Raviando menjabarkan definisi dari bully. Menurut dia, bully merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang dan berdampak pada mental serta fisik dari korban bullying.

“Bisa (dilakukan) satu orang, bisa satu kelompok melakukan penindasan ataupun tindak kekerasan terhadap orang lain yang bisa berdampak secara mental, fisik maupun emosional,” kata Ajeng dalam podcast Polwan Forum Keadilan.

Menurut Ajeng, aksi bullying ini tidak hanya terjadi baru-baru ini, tapi sudah sejak dahulu. Biasanya, kata Ajeng, bullying lebih sering terjadi di luar sekolah.

“Karena kalau di lingkungan sekolah biasanya lebih terjaga, lebih banyak pengawasan, ada monitoringnya dari CCTV, dari banyak perangkat media lainnya, ya. Jadi biasanya untuk amannya mereka akan melakukan itu di luar sekolah,” ujarnya.

Ajeng menjelaskan, bullying memiliki empat jenis, pertama bullying verbal. Pada jenis ini pelaku bullying biasanya melecehkan melalui perkataan.

Kedua, bullying fisik. Jenis ini biasanya melalui kekerasan seperti menendang hingga mencubit.

“Ada yang kalau kita dengar yang akhir-akhir ini sampai disundut, diikat, diperlakukan dengan ya kurang baik gitu ya. Jadi memang sungguh memprihatinkan masalah bullying ini,” ungkapnya.

Ketiga, bullying sosial. Menurut Ajeng, bullying jenis ini tidak dilakukan sendirian melainkan bersama-sama dan biasanya dilakukan untuk memusuhi serta membuat seseorang merasa tidak nyaman berada di salah satu tempat.

“Kemudian, ada satu lagi yang juga marak terjadi dan lebih sulit untuk bisa ditelusuri, yaitu cyber bullying. Misalnya komentar-komentar yang tidak pada tempatnya walaupun secara cyber. Jadinya lebih sulit, pelakunya karena nggak jelas siapa,” terangnya.

Menurut Ajeng, untuk membedakan bullying dengan candaan dapat dilihat dari aksi yang dilakukan. Candaan bagi Ajeng, dilakukan hanya untuk seru-seruan antar teman.

“Tapi kalau sudah bullying biasanya itu akan selalu dilakukan secara sengaja gitu. Memang tendensinya mempermalukan, merendahkan, membuat individunya merasa terpojokkan, seperti itu. Tapi kalo kita bercanda kan sebetulnya nggak kayak gitu ya,” pungkasnya.*

Laporan M. Hafid

Pos terkait