Karakter Gemoy Lindungi Prabowo dari Citra Angker dan Menyeramkan

Bakal calon presiden (capres) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam deklarasi Partai Gelora | YouTube Gerindra TV
Bakal calon presiden (capres) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam deklarasi Partai Gelora | YouTube Gerindra TV

FORUM KEADILAN – Karakter ‘gemoy’ belakangan melekat pada sosok Prabowo Subianto. Karakter yang berlawanan dengan latar belakangnya, melindunginya dari kesan angker dan menyeramkan.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Grace Natalie mengatakan, ‘gemoy’ merupakan julukan yang diberikan oleh generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) kepada Prabowo. Julukan tersebut muncul secara alami, tanpa dibuat-buat.

Bacaan Lainnya

Kata Grace, istilah tersebut sudah populer jauh sebelum pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Menurutnya, julukan ‘gemoy’ menjadi menarik karena bertolak belakang dengan perjalanan karir Prabowo.

“Justru di situ menariknya. Mungkin karena berlatar belakang militer, kesan publik selama ini Pak Prabowo tegas dan serius. Ternyata ada sisi lain yang belum terekspos, ternyata sisi Pak Prabowo yang santai, suka joget dan chill, dimaknai gemoy oleh milenial dan Gen Z,” katanya kepada Forum Keadilan, Senin 27/11/2023.

Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan juga sependapat. Ia menilai, karakter yang dibawakan Prabowo merupakan bentuk komunikasi politik. Menurut Yusak, karakter tersebut dapat mengubah kesan angker dan menyeramkan yang ada pada Prabowo.

“Gemoy ini kan salah satu strategi komunikasi politik Pak Prabowo ya, tujuannya adalah bagaimana menghindarkan kesan angker yang ada pada diri Pak Prabowo. Pak Prabowo sebagai orang yang tegas ya,” kata Yusak kepada Forum Keadilan, Senin 27/11.

Menurut Yusak, strategi komunikasi politik seperti itu sah-sah saja dilakukan untuk meraup suara dari kalangan milenial dan Gen Z. Ia memandang, komunikasi politik seperti itu efektif untuk mendulang elektabilitas Prabowo. Buktinya, berbagai survei menunjukkan elektabilitas Prabowo berada di urutan pertama saat ini.

“Iya, kan trend elektabilitas Pak Prabowo lebih bagus dibanding poros Pak Ganjar dan Pak Anies. Saya kira komunikasi politik itu diterima. Untuk menjawab permasalahan, selain dengan visi misi, bisa juga diiringi dengan komunikasi politik,” terangnya.

Memang kata Yusak, terdongkraknya elektabilitas Prabowo memang bukan semata-mata karena karakter ‘gemoy’. Tetapi setidaknya, karakter tersebut menandakan bahwa Prabowo sudah diterima oleh masyarakat, khususnya milenial dan Gen Z.

“Harus diakui cara komunikasi Pak Prabowo saat ini tidak sesangar seperti tahun 2014, yang lebih menunjukkan karakter perkasa. Jadi sekali lagi ya, faktor gemoy itu turut mendongkrak elektabilitas Pak Prabowo-Gibran karena diterima oleh masyarakat secara luas termasuk kelompok milenial dan Gen Z,” tuturnya.

Yusak mengungkapkan, dengan menggunakan narasi ‘gemoy’, bukan berarti Prabowo tidak miliki gagasan. Saat ini, lanjut Yusak, ceruk suara milenial dan Gen Z menjadi salah satu penentu kemenangan di Pilpres 2024. Tak ayal jika Prabowo berupaya untuk meraupnya dengan menyesuaikan diri pada kondisi yang ada sekarang.

“Gen Z jumlah besar kan, 56 persen dari total pemilih. Nah intinya adalah bagaimana Pak Prabowo ini bisa diterima di kalangan yang lebih luas lagi. Kalau dulu orang mengenal Pak Prabowo sebagai sosok yang tegas, sosok yang pada titik tertentu, misalnya menyeramkan, tapi di suatu sisi Pak Prabowo bisa menyesuaikan kondisi dan keadaan. Itu saja sebetulnya,” tutupnya.* (Tim FORUM KEADILAN)

Pos terkait