Pakar: Kalau Sampai Rusak, Hubungan Jokowi dan PDIP Susah Recovery

Megawati dan Jokowi I Ist
Megawati dan Jokowi | Ist

FORUM KEADILAN – Kabar soal pengusungan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto semakin menguat.

Isu ini makin menguat usai Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menyatakan partainya mengusung Gibran sebagai cawapres Prabowo.

Bacaan Lainnya

Gibran bahkan secara khusus datang ke Rapimnas Golkar pada hari ini, Sabtu, 21/10/2023.

Menyoal putra sulungnya digadang-gadang menjadi cawapres Prabowo, hubungan Jokowi dengan partai yang telah dua kali mengusungnya sebagai Presiden pun dipertanyakan.

Seperti diketahui, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD telah resmi mendaftarkan diri ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, Kamis 19/10/2023. Pendaftaran kedua pasangan itu, disambut meriah oleh masing-masing pendukungnya.

Kini, tinggal Prabowo yang masih menjomblo. Meskipun dikabarkan sudah mengantongi nama Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres pendampingnya, namun pengumuman resminya tak kunjung datang.

Di tengah ketegangan menunggu pengumuman, publik mempertanyakan, bagaimana hubungan keluarga Jokowi dengan PDIP nanti kalau benar Gibran jadi pasangan koalisi lawan.

Menjawab pertanyaan itu, Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menjelaskan bahwa dinamika politik itu sejatinya sangat cair.

“Saya tidak mau menyebut rusak, karena dinamika politik kita sangat cair. Karena kalau rusak itu kan sangat sulit untuk recovery,” ujar Emrus kepada Forum Keadilan, Sabtu 21/10.

Emrus berpandangan, yang lebih mengkhawatirkan nantinya adalah hubungan PDI Perjuangan dengan Gerindra.

“Misalnya, andaikan PDIP nanti menang, Gerindra akan oposisi, demikian sebaliknya. Jadi kalau kita buat gradasinya adalah pertama dinamis, kedua bisa terganggu, yang ketiga adalah bisa membuat posisi mereka saling berseberangan di dalam konteks kancah politik Indonesia,” ungkapnya.

Emrus berpendapat, sebagai kader PDIP harusnya Jokowi maupun Gibran tegak lurus terhadap keputusan partai. Salah satunya dengan setuju mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres dari PDIP.

“Sebagai kader PDIP, mereka ini harus tegak lurus dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh partai yaitu mengusung Ganjar Pranowo. Jokowi, Gibran dan Bobby, ketiga kader ini mereka masuk ke PDIP adalah pertimbangan sangat ideologis. Tak mungkin mereka mendaftar di satu partai tanpa memperhatikan pertimbangan ideologis. Mereka sebagai kader ideologis bukanlah kader pragmatis yang terlalu mudah pindah yang bukan garis politiknya,” ungkapnya.*

 

LaporanĀ Merinda Faradianti

Pos terkait