FORUM KEADILAN – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Mohammad Mukri memberikan tanggapannya terkait pernyataan Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya yang mengatakan NU tidak akan jauh-jauh dari Jokowi.
Menurut Prof. Mukri, pernyataan Gus Ketum sapaan akrabnya, hanyalah keterangan biasa yang masih multitafsir.
“Kalau menurut saya itu pernyataan-pernyataan itu komunikasi kelas tinggi, dialek tinggi, apa yang disampaikan oleh Gus Ketum tidak akan jauh-jauh dari presiden itu multitafsir bisa berarti apa saja. Hari ini kan presidennya Pak Jokowi dan itu hanya diksi-diksi multitafsir, lugu, kalau saya melihatnya,” katanya, kepada Forum Keadilan, Selasa, 19/9/2023.
Lebih lanjut, ia berpendapat pernyataan Gus Yahya hanya ungkapan senang, terlebih selama ini hanya ada dua Presiden RI yang mana salah satunya Jokowi yang dinilai dekat dan peduli dengan PBNU.
“Kan ya selama ini, maaf ya. Presiden yang sangat dekat dengan NU selain Gusdur itu, ya Jokowi. Dan Jokowi juga hampir semua kegiatan PBNU, ketika diundang selalu hadir. Jadi mungkin itu juga harus diapresiasi dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi, selama ini juga Jokowi dengan kelompok-kelompok radikal itu jelas, tegas sikapnya. Nah, kalau kemudian Ketua PBNU merasa dekat dan nyaman dengan Jokowi ya, mungkin karena seperti itu. Jokowi peduli dengan NU,” ujarnya.
Karena dinilai multitafsir, ia pun tidak ingin memberikan tanggapan lebih jauh mengenai hal tersebut.
“Itu multitafsir sepenuhnya, PBNU sih sampai hari ini belum atau tidak mengeluarkan pernyataan bahwa PBNU dukung si A atau B, ya lihat saja nanti seperti apa. Apa kemudian mendukung Ganjar atau siapa, lagi-lagi PBNU ini kan bukan parpol,” ungkapnya.
Sedangkan terkait suara NU yang terus menjadi rebutan capres-cawapres jelang Pemilu 2024 ini, Prof Mukri juga memberikan tanggapannya.
“(Suara) Ini menjadi seksi, menarik bagi capres itu ya karena memang sebagai mana yang disampaikan oleh berbagai lembaga survei yang mengatakan bahwa 89 persen penduduk Indonesia, 59 persennya itu mengaku NU. Nah, kalau soal nanti apakah akan banyak yang mendukung capres A, ya lihat saja nanti. Tapi sampai hari ini, tidak ada (pengumuman) khusus memilih ini memilih itu, itu tidak ada,” katanya.
Membantah pernyataan Gus Yahya menimbulkan kegaduhan persepsi di masyarakat, ia menegaskan kembali kalau pernyataan tersebut ungkapan senang dan puas atas kepemimpinan Presiden Jokowi, yang mana menurut survei kepuasan masyarakat mencapai 70 persen.
“Kan wajar, nah kalau Gus Ketua PBNU merasa dekat dan nyaman itu kan tadi karena Jokowi ini mengerti agenda NU, apa yang diperlukan NU, lalu kebijakan-kebijakan Jokowi itu mendengar warga NU, itu saja. Dan pernyataan itu bisa saja dikeluarkan oleh siapapun yang puas dengan kinerja Jokowi, kalau ada yang tidak puas ya mereka itu biasa saja kan,” tutupnya. *
LaporanĀ Novia Suhari