Unik, Inilah 3 Tradisi Sambut HUT RI di Jawa Timur

Tradisi Barikan
Tradisi Barikan | Ist

FORUM KEADILAN – Malam 17 Agustus merupakan malam yang istimewa bagi bangsa Indonesia.

Ada banyak tradisi yang digelar warga di malam hari untuk menyambut HUT RI tercinta. Termasuk di Jawa Timur.

Bacaan Lainnya

Maka tak heran jika di malam 17 Agustus 2023, akan ada banyak jalan yang ditutup warga. Sebab biasanya, warga menggelar tradisi seperti Barikan dan Tirakatan di jalan.

Jadi, apa saja tradisi unik sambut 17 Agustus di Indonesia.

  1. Tradisi Barikan

 

Tradisi Barikan digelar di malam 17 Agustus, atau malam HUT RI. Biasanya, warga berkumpul di perempatan, pertigaan gang atau jalan kampung. Warga duduk beralaskan tikar sambil membawa makanan.

Makanan yang dibawa biasanya berupa buah-buahan, kue, hingga nasi. Tergantung kesepakatan bersama.

Tradisi Barikan dipadukan dengan kegiatan keagamaan dan seni budaya. Barikan menjadi momen untuk mengucapkan rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia. Lagu kebangsaan Indonesia Raya juga dilantunkan warga sebagai tanda cinta Tanah Air.

  1. Tradisi Tirakatan

Malam Tirakatan 17 Agustus ini digelar pada malam hari sebelum tanggal 17 Agustus, tepatnya pada tanggal 16 Agustus malam.

Acara Malam Tirakatan 17 Agustus-an ini biasanya dihadiri oleh para sesepuh dan pejabat desa, serta seluruh warga setempat.

Thariqat atau Tirakat adalah pencarian nilai-nilai kebenaran berupa nilai spirit perjuangan yang telah dilakukan para pejuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Jadi, Malam Tirakatan bertujuan untuk memperingati perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Malam Tirakatan merupakan wahana refleksi diri memaknai Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus.

  1. Tidur di Tenda

Pada tahun 2017, warga Dusun Daleman, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Mojokerto mendirikan 45 tenda yang berjajar di jalan depan rumah. Mereka tidur di tenda-tenda tersebut saat malam Hari Kemerdekaan.

Selain melestarikan budaya gotong-royong, tradisi ini juga untuk menghilangkan budaya egoisme di antara warga.

Dalam kehidupan sehari-hari, warga kurang berinteraksi karena kesibukan masing-masing. Dengan tidur di tenda, warga bisa ngobrol ngalor ngidul.*

 

LaporanĀ Lulu Farha Chaerani

Pos terkait