FORUM KEADILAN – Dokter hewan sekaligus virolog, Drh Indro Cahyon memastikan penyakit Antraks bukan wabah karena bersifat zoonosis yaitu ditularkan dari hewan kepada manusia sehingga tak menyebar ke daerah lainnya.
Menyoroti meninggalnya tiga warga Gunung Kidul akibat Antraks, Indro menyebut daerah setempat sejak lama telah dikenal sebagai wilayah endemi Antraks. Peristiwa serupa pernah terjadi di tahun 2017, dimana seorang anak perempuan meninggal akibat mengonsumsi daging hewan terinfeksi Antraks.
“Daerah Gunung Kidul itu sejak dulu memang endemi Antraks. Jadi banyak hewan ternak terkena antraks dari dulu di situ. Kalau ada kejadian, itu tidak menyebar, terjadi di situ saja. Ini sekarang Jogja ada wabah antraks, itu salah. Kalau wabah kan nyebar, itu gak nyebar, kasusnya di situ-situ saja,” kata Indro kepada Forum Keadilan, Jum’at 7/7/2023.
Antraks disebabkan olah spora dihasilkan bakteri bernama Bacillus anthracis. Indro menegaskan spora ini diketahui memiliki daya datahan kuat di tana. Meski dibakar, spora itu mampu bertahan hingga bertahun-tahun lamanya.
“Makanya daerah penyakit Antraks, diisolasi selama 5 tahun. Tidak ada lalu lintas perdagangan ternak di situ selama 2 sampai 5 tahunan sampai bisa dibuktikan negatif,“ tukas Indro.
Indro menyampaikan, penularan Antraks paling fatal berasal dari makanan atau mengonsumsi daging hewan terinfeksi Antraks.
“Ada sapi kena antraks dimakan manusia. Kemakan bakteriya ke dalam perut, pecah di dalam, bakterinya akan mengeluarkan racun untuk menghancurkan sel-sel yang ada di dalam saluran pencernaannya. Makanya jadi muntah darah, kemudian organ dalamnya rusak karena itu. Itu memang sifat bakteri antraks,” ungkapnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, dr. Imran Pambudi, menjelaskan penyebab kematian tiga pasien antraks di Gunungkidul, berawal dari penyembelihan dan mengonsumsi sejumlah hewan ternak milik warga berinisial KR dan SY yang diketahui telah mati.
Pada tanggal 18 Mei 2023 sapi milik KR mati dan disusul kambing miliknya dua hari berselang. Di tanggal 20 Mei, sapi milik SY diketahui juga mati. Hewan-hewan ternak itu disembelih dan dibagikan kepada warga untuk dikonsumsi.
Kemenkes membeberkan hingga saat ini terdapat 93 kasus positif antraks dan tiga kasus meninggal. Tiga korban meninggal berasal dari Kecamatan Semanu, Gunungkidul, DIY. *