FORUM KEADILAN – Juru Bicara PDI Perjuangan (PDIP) Chico Hakim, menjelaskan bahwa melawan kotak kosong atau melawan satu calon dari independen pada saat Pilkada 2024 lalu dan mengingat bahwa kala itu masyarakat Jakarta disuguhkan dengan pilihan terbatas hingga sumber daya yang terbatas membuat sosok mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil maju mencalonkan diri.
“Tapi, kan kemudian itu tadi tanda-tanda alam ya, alam tuh enggak berpihak dengan keputusan seperti itu. Alam menginginkan adanya calon lain sehingga masyarakat Jakarta ini bisa disuguhkan oleh apa, calon-calon yang memang minimal menjadi alternatif untuk pilihannya. Nah, akhirnya MK, kemudian PDI Perjuangan dapat mencalonkan,” di Podcast Dialektika Madilog Forum di Forum Keadilan TV, pada Kamis, 12/12/2024.
“Nah, itu pun setelah itu tetap nama-nama yang dimunculkan sebenarnya juga tidak seperti apa yang dibayangkan orang gitu ya. Akhirnya, adalah nama mas Pramono Anung. Di internal mas Pram ini kan di PDI Perjuangan dikenal sebagai tokoh senior yang juga punya prestasi-prestasi, perform di setiap jabatan yang diemban, baik itu di internal partai maupun di pemerintahan,” tambahnya.
Menurut Chico, pada awalnya masyarakat meragukan Pramono Anung, terutama mengenai popularitasnya di masyarakat. Hal ini, kata Chico, dikarenakan Pramono tidak memiliki politik genit gesture.
“Soal keterkenalan beliau di masyarakat yang memang beliau ini orang kerja yang enggak genit, jadi politisi tapi gak genit dia. Dia ini benar-benar sesuai aja, saya ditempatkan di satu jabatan ini ya saya exail di jabatan ini, dan buat dia tampil di media itu bukan suatu keinginan atau keharusan gitu,” ujarnya.
Hal ini dapat terlihat dalam hasil survey sejak bulan Juli sebelum Pramono memutuskan untuk maju.
“Jadi, dilemparlah oleh salah satu lembaga survei yang juga sahabat kita Yunarto Wijaya, jadi surveinya carta itu melempar nama mas Pram ke publik bulan juli, 0,1% hasil,” ucapnya.
“Satu-satu nya yang melempar nama mas Pram. Tapi kemudian, mas Pram mendaftar di 28 Agustus dan 1 minggu lebih setelah itu ada survei naik ke 28%, itu menarik ya karena gini, dalam jarak waktu 2 mingguan dari pendaftaran. Tapi kita juga bisa, harus memberikan rekognisi untuk bang Dul disitu karena memang tingkat pengenalan bang Dul itu sama tingginya dengan tingkat pengenalan RK, sama dia tingginya 97% dua-duanya,” jelasnya.
“Tingkat keterkenalan dan elektabilitasnya pun lumayan. Bang Dul ini lucu, dia salah saat, kalau lihat di survei seluruh daerah di Indonesia, mungkin yang paling aneh ini di Jakarta ini. Bahwa seorang calon wakil bisa sangat tinggi surveinya dan kemudian membantu mengangkat survei elektabilitas satu paket paslon ini diawal, diawal. Karena tingkat pengenalan masam itu belum sampai 50%, bayangin belum sampai 50% tingkat pengenalannya di dua minggu pertama, September ya bisa mendapatkan survei 28% itu saja sudah lumayan. Tapi itu karena ada bang Rano, kita harus acknowledge di mana kekuatannya bang Rano lah disitu dia mengangkat,” tambahnya.
Namun, dalam perjalannya, Chico mengatakan masyarakat dapat melihat sisi Pramono Anung yang serius.
“Banyak kita berpikir kan diawal ini kan mas Pram kan tadinya enggak mau ya, dipaksa dalam tanda kutip Ibu Megawati gitu, jangan-jangan dia enggak serius lagi karena dipaksa kan gitu tapi ternyata enggak. Karena itu memang sudah karakter beliau ketika sudah akhirnya menentukan sikap, ya dia harus all out disitu,” tuturnya.
“Kita lama-lama melihat, dalam perjalanan ini kita melihat karakter mas Pram se asli-asli nya dan itu sangat baik ya karakter yang cocok untuk menjadi leader untuk jadi pemimpin yang betul-betul orang yang ketika sudah mengambil keputusan dia stik dengan keputusan itu dan berusaha melakukan yang terbaik di situ. Dan selain itu juga banyak orang juga banyak usaha untuk melakukan yang terbaik tapi enggak punya sumber daya, mas Pram ini punyalah ya, punya modal,” imbuhnya.*