Atasi Macet di Jakarta, Dharma-Kun Bakal Optimalkan Transportasi yang Ada

Pasangan calon gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana saat debat perdana pemilihan gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 di Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu, 7/10/2024 | Novia Suhari/Forum Keadilan.

FORUM KEADILAN – Calon gubenur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun, menyampaikan bakal lebih mengoptimalkan transportasi yang ada untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, tanpa perlu menambah armada transportasi. Yakni dengan memperbaiki armada dan memastikan setiap pemberhentian jarak antar transportasi hanya 10 menit

“Dan yang harus dipastikan adalah keamanan, supaya disabilitas, lansia, ibu-ibu, mendapatkan treatment khusus. Lalu harus diperhatikan juga kendaraannya harus nyaman, ac-nya dingin,” kata Dharma Pongrekun dalam debat pemilihan gubernur (Pilgub) 2024, di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu, 6/10/24.

Bacaan Lainnya

Sehingga dengan pemberhentian antar transportasi jarak tempuhnya hanya 10 menit, kata Dharma Pongrekun, maka diperlukan budaya antri kepada anak-anak. Lalu untuk menanamkan budaya antri tersebut harus dimasukkan ke dalam kurikulum.

“Setelah itu kita evaluasi, apakah perlu ditambahkan (armada transportasi), kalau perlu baru kita tambahkan,” jelas Dharma Pongrekun.

Lebih lanjut, menurut Dharma Pongrekun, hal yang akan dilakukan untuk mengatasi kemacetan Jakarta adalah dengan membuat suatu tempat yang terintegrasi. Mulai dari tempat tinggal, pasar, sekolah semuanya terintegrasi dengan transportasi umum seperti LRT,MRT, dan Transjakarta dengan minimal jarak radius 500 meter dari pemukiman tersebut.

Lalu, agar masyarakat betah menggunakan transportasi umum. Dharma berencana akan menyiapkan kantong parkir yang nyaman dan aman. Sehingga masyarakat tidak perlu was-was dengan keamanan kendaraannya.

“Supaya banyak orang yang mau naik transportasi umum, karena kendaraannya yang tinggal memiliki keamanan yang baik,” ucapnya.

Karena hanya bisa menjabat selama lima tahun, maka Dharma enggan memberikan janji dengan beretorika atau berangan-angan saja. Karena baginya jika banyak janji tapi tidak terlaksana maka percuma saja.

“Bagaimana jangan sampai ada programnya, tapi kalau tidak dilaksanakan semua menjadi percuma ketika hanya menjadi rencana tanpa segera dieksekusi tapi malah berdiskusi,” tegas Dharma Pongrekun.*

Laporan Novia Suhari

Pos terkait