FORUM KEADILAN – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando menuduh pihak-pihak yang sebut partainya melakukan penggelembungan suara dalam Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU), hanya untuk menzaliminya.
Ade mengatakan, PSI yang merupakan partai kecil selalu menjadi sasaran tembak dari semua sudut. Menurut dia, terlepas dari adanya putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep di kursi ketua umum, PSI sudah diserang secara terus-menerus.
“Saya melihat betapa memang PSI sebagai partai kecil ini, bocil ini dizalimi menurut saya oleh banyak pihak ya,” kata Ade dalam podcast Ngopdar Forum Keadilan.
Menurut Ade, serangan bertubi-tubi terus bermunculan usai partai berlogo mawar itu mengalami lonjakan suara. Bagi Ade, lonjakan suara sebanyak 0,08 persen per hari itu merupakan hal bagus dan perlu disyukuri.
“Tapi kan, bukan sesuatu yang menggelembung seperti yang digunakan istilah itu melonjak, bahkan ada yang mengatakan ini tidak masuk akal,” ujarnya.
Kendati begitu, Ade tidak memungkiri bahwa Sirekap KPU memiliki berbagai persoalan. Terdapat lonjakan suara sejak hari pertama perhitungan suara di setiap tempat pemungutan suara (TPS) hingga beberapa hari berikutnya.
Kata Ade, lonjakan suara di awal perhitungan suara itu terjadi di hampir semua partai. Tapi lanjut dia, lonjakan tersebut masih berada di angka normal, misalnya suara naik menjadi enam ribu atau kalau impresif bisa mencapai 10 ribu.
“Tapi yang lucunya, pada hari-hari berikutnya dia naik secara tidak masuk akal, kenapa? Dari 6 ribu naik ke 90 ribu, naik lagi ke 200 ribu, naik lagi ke 400 ribu. Ketika itu lah saya dan mungkin juga ada banyak calon legislatif (caleg) lainnya ya atau partai lainnya bilang, ‘wah ini betul-betul ngaco, salah nih’,” ungkapnya.
Mantan Dosen komunikasi Universitas Indonesia (UI) itu mengaku sempat menulis di media sosialnya usai terjadi lonjakan tersebut. Dia meminta agar KPU membenarkan lagi angka perolehan suara yang dianggap salah.
Akibat lonjakan tersebut, kata Ade, dirinya mendapat berbagai ucapan selamat dari para koleganya yang sudah menganggap dia lolos jadi anggota DPR.
“Saya bilang, saya bukan (belum lolos), saya enggak yakin angka itu benar, saya enggak yakin itu angka sesungguhnya. Ternyata benar, apa yang saya khawatirkan itu benar terjadi bahwa itu salah input,” bebernya.
Salah input itu, kata Ade, tidak dialami pihaknya saja. Tapi, semua partai di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat juga mengalami kenaikan suara yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
“Jadi pada tanggal 20 an (Maret 2024) itu kira-kira dihentikan, disetop aplikasi itu. Kemudian pada tanggal 25 itu barangkali sudah dianggap benar lagi, mulai dijalankan kembali. Nah ketika dijalankan kembali itu lah mulai tercatat tuh kenaikan yang signifikan dari suara PSI,” ungkapnya.
Akan tetapi, menurut Ade, kenaikan suara yang dialami PSI dari semula hanya mendapat 2,60 persen suara hingga naik menjadi 3,13 persen itu hal yang biasa. Dia bahkan bersyukur atas kenaikan itu, karena kata dia, semua partai mengejar angka 4 persen agar bisa lolos parliamentary threshold (ambang batas parlemen).
Akibat lonjakan yang signifikan itu, menurut Ade, netizen dan partai politik lain langsung bereaksi secara membabi buta ke PSI. Tidak hanya itu, para ahli lembaga survei juga mempertanyakan terjadinya lonjakan suara tersebut.
“Saya bilang, lonjakan wajar dong, kan suara itu sudah sekitar seminggu itu freez, enggak muncul kemudian itu yang dikumpulin lagi. Iya kalau partai-partai besar kalaupun ada kenaikan enggak akan kelihatan secara menonjol tapi karena kami partai kecil jadi kelihatan,” pungkasnya.
Laporan M. Hafid