Kemenangan Satu Putaran Prabowo-Gibran Sulit Terbantahkan

Calon presiden dan wakil presiden 2024 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat menghadiri Kirab Kebangsaan di Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 28/1/2024 | X @gibran_tweet
Calon presiden dan wakil presiden 2024 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat menghadiri Kirab Kebangsaan di Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 28/1/2024 | X @gibran_tweet

FORUM KEADILAN – Kemenangan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024 sudah di depan mata.

Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) di berbagai lembaga survei, Prabowo-Gibran unggul secara telak dari dua kandidat presiden lainnya.

Bacaan Lainnya

Hasil sementara hitung cepat Pilpres 2024 dari lembaga Poltracking menunjukan bahwa pasangan calon (paslon) nomor 2 mendominasi peraihan suara nasional sebesar 59,34 persen. Sementara, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh 24,37 persen dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD memperoleh 16,29 persen. Data ini diambil dari 3000 sampel tempat pemungutan suara (TPS) di 38 provinsi dengan perolehan data masuk sebanyak 95,83 persen, dan tingkat margin of error sebesar 1 persen.

Hasil hitung cepat Charta Politika juga menunjukan perolehan angka suara yang tidak jauh berbeda dari lembaga Poltracking. Pasangan Anies-Muhaimin mendapat 25,70 persen, Prabowo-Gibran memperoleh 57,79 persen dan Ganjar-Mahfud mendapat 16,5 persen. Perolehan suara tersebut didapat dari perhitungan data sebanyak 98,4 persen dari total 2000 sampel TPS.

Litbang Kompas juga menunjukan dominasi angka pasangan Prabowo-Gibran dengan perolehan 58,68 persen suara.  Sedangkan paslon Anies-Muhaimin mendapat 25,08 persen suara dan Ganjar-Mahfud sebesar 16,24 persen. Data tersebut didapat dari 88,55 persen sampel yang masuk dari 2000 sampel TPS yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia.

Merespons hasil hitung cepat dari berbagai lembaga, peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, metodologi hitung cepat dapat dipertanggungjawabkan. Ia menyebut, hasil ini tidak akan jauh berbeda dengan real count yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) nanti.

“Meski angkanya tidak sama, tapi satu putaran itu kelihatannya agak tidak terbantahkan,” katanya kepada Forum Keadilan, Rabu 14/2/2024.

Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang membuat pasangan Prabowo-Gibran mendominasi suara di Pemilu 2024. Salah satunya, dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Faktor lainnya, kata Firman, yaitu kondisi masyarakat yang tidak begitu memahami situasi politik dan juga tidak memahami hakikat demokrasi.

Firman menyebut, banyak pemilih yang menggunakan hak suaranya tanpa melihat rekam jejak pemimpin yang mereka pilih, meskipun itu berlawanan dengan sistem demokrasi. Ia juga berpandangan bahwa lemahnya ekonomi para pemilih menjadi faktor lain yang menyebabkan mereka mudah untuk dikontrol dalam memilih paslon tertentu.

“Masyarakat lebih gampang digerakkan dengan persoalan materil. Sedangkan, ide dan gagasan besar mereka kesampingkan,” katanya.

Menurutnya, jika negara Indonesia kuat di sisi ekonomi, masyarakat tidak gampang terpengaruhi karena masalah uang.

“Tetapi kenyataannya, masyarakat kita cukup susah ekonominya sehingga kadang pendekatan uang lebih efektif,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Pakar Hukum Tata Negara Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah menilai quick count hanya salah satu metode verifikasi hasil pemilu. Hasil akhir yang riil, kata dia, tetap berpatokan pada hasil hitung resmi KPU.

Untuk melihat apakah pilpres terjadi dalam satu ataupun dua putaran, kata dia, dapat mengacu pada ketentuan Pasal 6A ayat 3 UUD 1945. Pertama, ialah mendapatkan suara lebih dari 50 persen dari total suara pemilu nasional. Syarat lainnya, pasangan capres-cawapres harus mendapat paling sedikit 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah provinsi di Indonesia.

“Jadi kendati pun seorang capres memenangkan lebih dari 50 persen suara sah pemilu, tapi tidak memenuhi syarat penyebaran, maka tidak memenuhi syarat satu putaran,” ucap pria yang akrab disapa Castro kepada Forum Keadilan, Rabu 14/2.

Melihat syarat yang kedua, Firman berpikir bahwa Prabowo-Gibran berpotensi menang pada 20 provinsi karena basis pendukung Jokowi masih tetap memberikan pengaruh. Untuk diketahui, pada Pilpres 2014 Jokowi menang di 23 provinsi dan 2019 mendapat kemenangan di 21 provinsi.

“Jadi, peluang kemenangan di 20 provinsi itu masih bisa masuk,” kata Firman

Firman mengungkapkan bahwa hal yang bisa dilakukan para pesaing Prabowo-Gibran ialah mengajukan gugatan ke ranah hukum terkait masifnya potensi kecurangan pada Pilpres tahun ini.

 

Potensi Satu Putaran

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut, hasil hitung cepat yang disaksikan masyarakat merupakan realitas atas gambaran yang terjadi di TPS. Ia sepakat dengan Firman bahwa hasil resmi KPU tidak akan jauh berbeda.

“Besar kemungkinan angka yang akan disampaikan KPU pada pertengahan Maret nanti tidak akan jauh berbeda dari hasil hitung cepat,” terangnya kepada Forum Keadilan, Rabu 14/2.

Ia menjelaskan, faktor Jokowi secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemenangan Prabowo. Mulai dari manuver atas pembelaan kepada Prabowo sampai bantuan sosial (bansos) yang digencarkan pemerintah mendekati masa pemilu.

Pernyataan satu putaran juga datang dari Pengamat Politik Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin. Ia berpendapat bahwa hasil hitung cepat sangatlah kredibel. Apalagi, kata dia, hasil quick count pada dua pemilu sebelumnya selalu presisi dan tidak berbeda jauh dari hasil resmi.

“Kalau quick count menunjukan 02 unggul ya memang unggul. Jadi, perhitungan suara manual dari KPU tidak akan jauh berbeda,” ucap Ujang kepada Forum Keadilan, Rabu 14/2.

Ujang berpendapat, jika melihat hasil hitung cepat yang ada, sudah dapat dipastikan tidak ada dua putaran. Masyarakat juga tidak perlu berandai-andai karena nyatanya hanya ada satu putaran.

“Perhitungan suara resmi KPU nanti hanya sebagai syarat resmi Prabowo-Gibran disahkan sebagai pemenang,” tuturnya.

Menurutnya, tidak ada kemungkinan apapun yang terjadi dapat mengubah hasil suara, meskipun terdapat tuduhan kecurangan. Semuanya, kata dia, sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Tanpa ingin mendahului kehendak tuhan, saya ucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran,” katanya.

 

Respons Koalisi

Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Mulya Amri mengungkap bahwa selama beberapa pemilu terakhir hasil hitung cepat memiliki hasil yang sama dengan hasil akhir KPU.

Seperti diketahui, hitung cepat berbagai lembaga menunjukan angka perolehan suara Prabowo-Gibran di angka 57-59 persen. Kalau diambil di angka yang paling rendah, kata Amri, dengan pertimbangan margin of error sebesar 1 persen, angka tersebut masih terbilang aman.

“Melihat survei-survei ini sangat besar sekali bahwa pemilu kali ini adalah satu putaran,” katanya kepada Forum Keadilan, Rabu, 14/2.

Meskipun kemenangan Prabowo-Gibran sudah terlihat di depan mata, ia menyebut bahwa TKN akan tetap menunggu hasil akhir yang akan ditetapkan KPU.

“Hasilnya indisputeable (tak terbantahkan), tidak bisa digugat karena kemenangannya sudah demikian tebalnya,” ujarnya.

Sementara itu, Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) Bambang Widjajanto menyebut, terdapat sejumlah potensi kecurangan yang ditemukan dalam proses pelaksanaan Pemilu 2024. Dia mencontohkan dengan bukti kertas suara yang sudah tercoblos di berbagai daerah, seperti di Paniai, Papua Tengah, Bogor, dan juga Bekasi.

“Melihat hal itu, maka sebenarnya kami meragukan kalau ada salah satu pasangan calon yang mengklaim ini bisa dilakukan satu putaran. Itu jauh dari situasi, dan kami meyakini kalau proses ini dilakukan secara jujur dan adil terjadi dua putaran,” ucap pria yang akrab disapa BW dalam keterangannya, Rabu 14/2.

Bambang menilai, proses pemilu seharusnya berjalan dua putaran jika hal ini dilangsungkan secara jujur, adil dan terbuka.

“Jika saja proses pencoblosan ini ini berjalan jujur, adil, dan bermartabat. Maka seharusnya dua putaran,” ujar Bambang.

Di sisi lain, Jubir Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Chico Hakim menyatakan bahwa hasil hitung cepat bukan hal final. Ia bersama TPN masih menunggu hasil resmi yang akan dihitung KPU secara manual.

“Kita tidak akan bicara satu atau dua putaran, karena belum ada hasil final dari pemilu ini,” ucapnya kepada Forum Keadilan, Rabu 14/2.

Seperti BW, Chico menyebut telah terjadi kecurangan pada pemilu tahun ini. Ia mencontohkan, mulai dari banyaknya surat suara yang sudah tercoblos, hingga jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang hadir ke TPS tidak sesuai dengan surat suara. Ia juga menyebut sejumlah kejanggalan dalam pemilu sudah terjadi bahkan sebelum pemilihan capres-cawapres.

Ia berharap agar demokrasi di Indonesia menjadi lebih baik dan dewasa dengan pelaksanaan pemilu yang jujur serta adil. Ia juga menyinggung agar semua pihak menahan diri untuk berselebrasi lebih dini.

“Kita tunggu hasil resmi setelah penghitungan suara dari KPU,” pungkasnya.*

Laporan Syahrul Baihaqi

Pos terkait