TPN: Film Dirty Vote Mewakili Tekanan yang Dialami Ganjar-Mahfud

Cyril Raoul Hakim atau Chico Hakim, Jubir TPN Ganjar-Mahfud | Instagram @chicohakim
Cyril Raoul Hakim atau Chico Hakim, Jubir TPN Ganjar-Mahfud | Instagram @chicohakim

FORUM KEADILAN – Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Chico Hakim, mengatakan tak melihat adanya pihak yang menunggangi film Dirty Vote, yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.

Ia menganggap Film Dirty Vote hanyalah gerakan biasa yang dilakukan oleh civitas akademik, untuk menyuarakan kegelisahan atau kekecewaannya terhadap kecurangan dan keberpihakan penguasa.

Bacaan Lainnya

“Seluruh film Dirty Vote ini kami lihat sangat Fair dan membeberkan semua tidak terkecuali dan tidak memandang partai manapun atau paslon mana pun, tetapi secara keseluruhan kegelisahan akademisi ini terkait dengan apa yang sedang terjadi akhir-akhir ini,” katanya kepada Forum Keadilan, Senin, 12/2/24.

Walaupun banyak juga dugaan bukti kecurangan yang dibeberkan  untuk memenangkan Ganjar-Mahfud, menurutnya saat ini TPN tak mau ambil pusing dan menyikapinya dengan santai.

“Jadi kita tidak harus baper menyikapinya anggap saja ini sebagai kritik  dan sebagai politisi, orang-orang yang aktif di dalam kekuasaan parlemen untuk mawas diri dan tidak larut dalam penyelewengan kekuasaan,” ucapnya.

Lebih dari itu, ia justru membela dan mengungkapkan film Dirty Vote hanya menyuarakan kebenaran dalam dinamika politik di lapangan.

Film tersebut dinilai TPN merupakan kritik terhadap Presiden dan penyelenggara pemilu dengan harapan agar Pemilu demokratis dan jurdil dapat diwujudkan.

“Film ini mampu mengungkapkan berbagai kecurangan Pemilu yang dilakukan secara masif, bahkan campur tangan kekuasaan istana sangat kental terasa,” ujarnya.

Ia menekankan Dirty Vote menampakan kuatnya rekayasa pemilu yang diawali dengan manipulasi hukum di MK, dengan beberapa drama lainnya.

Seperti, keberpihakan penguasa istana terhadap Prabowo-Gibran melalui penunjukkan PJ Kepala daerah yang ditempatkan sebagai hak prerogatif presiden, melupakan proses yang seharusnya demokratis, tekanan terhadap kepala daerah, kepala dinas, kepala desa, hingga kelompok demokrasi oleh oknum TNI POLRI yang seharusnya bertindak netral, sampai hingga penyalahgunaan anggaran negara melalui bansos.

“Desain kecurangan Pemilu pendeknya dilakukan dari hulu-hilir. Berbagai fakta yang diungkapkan dalam film Dirty Vote mewakili berbagai tekanan yang dialami Ganjar-Mahfud dan PDI Perjuangan,” jelasnya.

Lanjutnya, ia menuturkan koalisinya saat ini dalam pertimbangan akal sehat, nurani, dan moral sungguh tidak menyangka  perubahan terjadi pada kepemimpinan Presiden Jokowi.

“Ia sampai menempatkan kekuasaan di atas segalanya. Berbagai rekayasa kecurangan tersebut sangat merugikan Ganjar-Mahfud,” tambahnya.

Meski mengatakan Dirty Vote penuh dengan bukti kecurangan di lapangan. TPN nyatanya tetap membantah adanya penandatanganan pakta integritas oleh PJ Bupati, Sorong, Papua, yang mana diminta untuk memenangkan suara untuk Ganjar Pranowo sebesar 60 persen.

“Itu kan salah satu dugaan yang berkembang, dan sampai hari ini belum ada proses yang bisa membuktikan apapun itu. Kita menganggap semua yang ditayangkan dalam film dirty vote ini adalah suatu hal yang sifatnya kritik dan tidak perlu baper untuk menyikapinya, jadi saya rasa soal PJ Bupati ini tidak relevan,” ujarnya.

Tak mempermasalahkan dugaan bukti didalam Dirty Vote yang bisa saja menjatuhkan elektabilitas Ganjar-Mahfud.

Chico justru mengungkapkan TPN berharap masyarakat bisa menonton film tersebut sebagai edukasi politik.

“TPN Ganjar-Mahfud tidak mempersalahkan film ini bahkan mengajak masyarakat untuk menonton dan melihat bagaimana kritik yang dilayangkan berbasis data-data yang berkembang,” tandasnya. *

Laporan Novia Suhari

Pos terkait