Alutsista Sebagai Peluru untuk Serang Prabowo

FORUM KEADILAN – Alat utama sistem senjata (alutsista) bekas yang dibeli oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) jadi peluru bagi Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk menyerang Prabowo Subianto. Namun sebenarnya, pembelian alutsista sendiri harus melalui persetujuan Komisi I DPR RI.
Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan jadi pembuka serangan di Debat Ketiga Pilpres 2024. Saat menyampaikan visi-misinya, Anies langsung menyinggung alutsista bekas yang dibeli oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Kata Anies, sebanyak Rp700 triliun dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) digunakan Kemenhan untuk membeli alat pertahanan. Padahal di satu sisi, masih ada prajurit yang tidak punya rumah dinas.
Serangan tersebut lantas ditepis Prabowo. Ia mengatakan bahwa data yang disebut Anies tidak benar. Ia pun meminta waktu di luar debat untuk membicarakan pembelian alutsista ini dengan Anies. Sebab, kata Prabowo, waktu yang disediakan debat tak cukup untuk menjelaskan hal tersebut.
Ganjar juga begitu. Ia menggunakan isu soal pembelian alutsista ini sebagai bahan untuk menyerang Prabowo. Ia meragukan jawaban Prabowo terkait pembelian alutsista bekas dan menyebut kalau pembelian alutsista bekas merupakan tindakan gegabah.
Juru Bicara Menhan, Dahnil Anzar Simanjuntak pun membantah argumen tersebut. Ia menuding ada tiga kebohongan yang diucapkan Anies untuk menjatuhkan nama Prabowo Subianto.
“Anies kehilangan otoritas bicara etika pada debat ini, belum bicara rekam jejak. Pertama, ia berbohong terkait belanja alutsista bekas Rp700 triliun,” ucapnya kepada Forum Keadilan, Senin 8/1.
Kebohongan lainnya, kata Dahnil ialah, terkait kerahasiaan data dalam pertahanan yang tidak diungkap ke publik. Baginya, data pertahanan tidak boleh diungkap karena berpotensi dalam menggadaikan keselamatan dan kedaulatan Indonesia.
Selain itu, ia juga menyoroti terkait diplomasi internasional yang dilakukan Anies. Kata dia, Anies hanya bisa berdialektika tanpa hasil nyata. Sedangkan Prabowo hadir di forum internasional dengan memperbaiki kekuatan domestik dan menggagas ekonomi sejahtera.
Sementara Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Cheryl Tanzil menyebut, pembelian alutsista telah disetujui Komisi I sehingga telah memenuhi prosedur yang berlaku.
“Anggota Komisi I mencakup partai-partai pendukung ketiga pasangan calon. Jadi terlihat sekali kedua paslon lain ini tidak konsisten,” ucapnya kepada Forum Keadilan, Senin 8/1.
Ia lantas mempertanyakan kenapa Ganjar dan Anies justru menyerang dan menjatuhkan Prabowo.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Pakar Intelijen Universitas Indonesia Stanislaus Riyanta. Ia menyebut, pembelian alutsista memang telah melalui persetujuan DPR RI.
Namun, kata Stanis, Prabowo merupakan Menhan. Jadi, pembelian pesawat bekas merupakan sasaran yang empuk untuk ditembak.
Stanis sendiri tak begitu paham seperti apa pertimbangan dalam membeli pesawat bekas. Persoalan itu, seharusnya dijelaskan kepada publik.
“Harus ada alasan jelas kenapa membeli bekas. Itu yang mau disampaikan. Kalau membeli baru kenapa? Dan kalau bekas kenapa? Apakah lebih murah atau dapat banyak? Semua harus ada alasannya. Alasan ini yang belum dijelaskan kepada publik dan ditunggu-tunggu juga oleh penanya. Tetapi, tadi malam tidak disampaikan dengan baik,” ujar Stanis kepada Forum Keadilan, Senin 8/1.
Meskpipun begitu, menurut Stanis ada sisi positif dari jalannya Debat Ketiga ini. Publik jadi melek soal sistem pertahanan, walaupun hanya sebatas kulitnya saja.
Stanis mengaku sepakat dengan Prabowo soal beberapa hal yang mesti dirahasiakan oleh Kemenhan. Namun, ia juga setuju dengan Ganjar yang menyebut bahwa data harus disiapkan.
“Saya juga sepakat dengan Ganjar, bahwa harus siap data. Jadi dalam hal ini, saya selaku akademisi melihat hal itu. Kita tidak bisa menilai satu persatu mana yang baik, mana yang menang. Tetapi terlepas dari semua itu, debat harus ada yang menyimpulkan. Bagaimana sistem pertahanan kita yang paling baik,” ungkapnya.
Stanis menjelaskan, pantas atau tidaknya Indonesia membeli pesawat bekas, tergantung tolak ukurnya.
“Misalnya juga dibandingkan dengan Amerika, ya jelas belum. Namun, jika dibandingkan apakah Indonesia lebih mumpuni dibandingankan Timur Timor, ya jelas. Jadi, mau dibandingkan dengan siapa dulu,” imbuhnya.
Tetapi, kata Stanis, dengan ancaman-ancaman sekarang, alutsista memang perlu ditingkatkan. Alustista dalam negeri sendiri, menurutnya bertumbuh pesat. Namun memang beberapa hal terkait Papua, perbatasan, kemudian food estate, harus diselesaikan.
Stanis juga mengaku sependapat dengan Ganjar. Industri alat pertahanan dalam negeri harus segera dikembangkan.
“Saya sepakat harus dikejar. Kita tidak kekurangan orang pintar. Terbukti senjata-senjata kita, PT Pindad juga banyak dibeli oleh perusahaan asing. Peluru kita juga bagus, amunisi, senapan, kapal juga kita sudah mulai membangun. Tetapi ada juga alustista yang belum kita produksi, misalnya pesawat. Kalau belum bisa, mau tidak mau kita harus punya skema untuk mendapatkan itu,” tandasnya.* (Tim FORUM KEADILAN)