FORUM KEADILAN – Demokrat kini memutuskan untuk mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 mendatang.
Namun, bergabungnya partai biru ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu dinilai tidak memberikan dampak yang signifikan pada elektabilitas Prabowo.
Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya menyampaikan partainya memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden (Capres). Dukungan resminya akan disampaikan pada Kamis 21/9/2023.
“Adapun deklarasi resmi untuk keputusan ini, akan disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat AHY dalam Rapimnas Partai Demokrat, hari Kamis, 21 September 2023, yang diikuti ribuan pengurus Partai Demokrat dari seluruh Indonesia,” ujar Teuku Riefky dalam keterangannya, Minggu 18/9.
Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco juga telah menyatakan bahwa partainya merasa terhormat dengan merapatnya Demokrat ke KIM. Hal tersebut ia sampaikan usai pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum (Ketum) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan para petinggi partai di koalisi Prabowo.
Dengan begitu, terjawab sudah teka-teki Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto yang menyebut akan ada tambahan satu partai yang bergabung dengan KIM.
Lantas, seberapa besar pengaruh bergabungnya Demokrat terhadap elektabilitas Prabowo?
Pengamat Politik sekaligus Pendiri Lingkar Madani Ray Rangkuti mengatakan, masuknya Demokrat ke KIM memang akan menambah suara Prabowo. Tetapi, tak begitu signifikan.
“Kenaikan itu tidak akan signifikan. Lebih khusus lagi, kenaikan itu tidak akan menarik suara Pak Ganjar, tetapi terlihat akan menarik suara dari Anies Baswedan,” ujarnya kepada Forum Keadilan, Senin 18/9/2023.
Ray menjelaskan, situasi ini semakin menguatkan akan ada dua putaran pada Pilpres 2024. Di mana pasangan Ganjar akan masuk melawan pasangan Prabowo. Sebab, kata dia, masuknya Demokrat ke KIM membuat koalisi pengusung Anies makin sulit mendapatkan suara.
“Situasi ini akan berdampak terhadap semakin sulitnya Anies mendapatkan basis suara tradisionalnya, yakni kelompok Islam Politik,” imbuhnya.
Ray berpandangan, besar kemungkinan, pemilih dari Islam Politik akan mengalihkan suara kepada pasangan Prabowo. Sebab, Prabowo dan SBY merupakan perpaduan dua tokoh yang relatif banyak bersentuhan dengan kelompok-kelompok tersebut.
“Pada saat yang sama, mereka juga punya halangan masuk ke pasangan Anies, disebabkan kehadiran Muhaimin Iskandar (Cak Imin),” katanya.
Sementara, sambung Ray, pengaruh bagi kubu Ganjar tidak begitu banyak, karena pemilih Ganjar umumnya tidak berasal dari pemilih Anies, Prabowo atau AHY.
Ray memaparkan, pemilih Ganjar umumnya berada di garis tengah, nasionalis atau Islam moderat. Sebaliknya, kembalinya Demokrat ke Prabowo justru akan menyulitkan koalisi Prabowo sebab jargon Demokrat adalah perubahan.
“Koalisi ini gabungan penganut pelanjut kebijakan Pak Jokowi di satu segi, tetapi juga ada jargon perubahan di segi lain. Seperti menyatukan dua sisi yang berbeda. Maka kesan abu-abunya jadi kuat,” tutupnya.*
LaporanĀ Charlie Adolf Lumban Tobing