Puluhan Ribu Orang Serbia Protes Kekerasan Senjata Pasca Penembakan Massal Tewaskan 17 Korban

Illustrasi penembakan
Ilustrasi penembakan massal. | Ist

FORUM KEADILAN – Puluhan ribu orang Serbia telah bergabung dalam protes menentang kekerasan senjata di ibu kota Beograd dan kota lain setelah dua penembakan massal pekan lalu.

Tujuh belas orang tewas dalam penembakan pada Rabu, 3/5/2023, dan Kamis, 4/5/2023, termasuk delapan anak sekolah dasar.

Bacaan Lainnya

Para pengunjuk rasa menyerukan pengunduran diri pejabat tinggi pemerintah dan menginginkan surat kabar dan stasiun TV yang mereka katakan mempromosikan kekerasan ditutup.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengutuk protes tersebut. Dia menuduh oposisi memanfaatkan tragedi nasional untuk mempromosikan kepentingan mereka sendiri. Dia mengatakan dia siap menguji popularitas partainya dengan pemungutan suara cepat.

“Saya akan terus bekerja dan saya tidak akan pernah mundur sebelum jalanan dan massa… Apakah itu perombakan pemerintah atau pemilu, kita lihat saja,” katanya di TV, dikutip BBC. Adapun pemilihan parlemen berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 2026.

Vucic telah memulai amnesti satu bulan untuk menyerahkan senjata ilegal, dengan orang-orang dapat menyerahkan senjata mereka ke polisi tanpa pertanyaan.

Amnesti akan berlangsung selama 30 hari. Menurut polisi Serbia, pada hari pertama amnesti sekitar 1.500 senjata diserahkan.

Polisi ditempatkan di dekat semua sekolah Beograd saat mereka mulai kembali sekolah pada Senin (8.5.2023). Pemerintah berencana merekrut lebih banyak petugas untuk ditempatkan di sekolah-sekolah.

Massa berbaris melalui pusat kota di belakang spanduk bertuliskan “Serbia melawan kekerasan”.

“Kami di sini karena kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kami sudah menunggu terlalu lama, kami terlalu lama diam, kami terlalu lama memalingkan kepala,” kata Marina Vidojevic, seorang guru sekolah, kepada massa, seperti dikutip oleh kantor berita AFP.

“Kami ingin sekolah, jalan, desa, dan kota yang aman untuk semua anak,” lanjutnya.

Ribuan orang juga turun ke kota utara Novi Sad, di mana protes melemparkan bunga ke sungai Danube yang mengalir ke ibu kota.

Para pengunjuk rasa menyerukan pengunduran diri menteri dalam negeri dan kepala badan intelijen Serbia.

Menteri Pendidikan Serbia Branko Ruzic mengundurkan diri pada Minggu, 7/5, mengutip “tragedi dahsyat” dari pembantaian sekolah baru-baru ini dalam surat pengunduran dirinya.

Serbia diketahui memiliki tingkat kepemilikan senjata tertinggi di Eropa, dengan sekitar 39 dari 100 orang memiliki senjata menurut survei pada 2018.*