Akademisi dan Budayawan Tolak Rencana Pemasangan Chattra di Candi Borobudur

FORUM KEADILAN – Rencana pemasangan chattra atau simbol payung di puncak Candi Borobudur mendapat penolakan dari akademisi dan budayawan.
Mereka menilai, chattra bukan bagian asli dari Candi Borobudur dan dikhawatirkan akan merusak nuansa bangunan bersejarah tersebut.
“Tidak boleh, jika itu bukan bagian dari bangunan aslinya,” tegas Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Prof. Dr. Manneke Budiman kepada Forum Keadilan, Jumat, 20/9/2024.
Manneke menyatakan bahwa restorasi Borobudur boleh dilakukan, tetapi tidak dengan menambah elemen yang tidak ada pada desain asli candi tersebut seperti yang diusulkan oleh Kementerian Agama RI.
“Restorasi boleh tapi restorasi kan berbeda dengan nambahin (bangunan),” kata dia.
Menurut Manneke, ada kekhawatiran penambahan chattra bisa memiliki agenda politik tersembunyi, bukan semata-mata untuk konservasi.
“Saya Tolak, tidak setuju. Takut Tujuannya untuk politik, bukan untuk konservasi ataupun restorasi,” tambahnya.
Chattra, yang berarti payung pelindung atau mahkota di puncak stupa, dianggap simbol keberanian dan kesucian. Namun, pemasangan chattra di stupa utama Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, telah ditunda setelah Rapat Koordinasi Tingkat Menteri.
Penundaan ini sesuai dengan kajian teknis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang menilai perlu adanya studi lebih lanjut tentang keaslian chattra tersebut. Evaluasi dilakukan agar rencana ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Konvensi Warisan Dunia 1972.*
Laporan Reynaldi Adi Surya