Kamis, 06 November 2025
Menu

Sejarah Hari Raya Idul Fitri

Redaksi
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri | ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Hari Raya Idul Fitri, juga dikenal sebagai Lebaran, adalah salah satu perayaan terbesar dalam agama Islam yang dirayakan oleh umat muslim di seluruh dunia.

Perayaan Lebaran memiliki sejarah yang kaya dan panjang, yang berakar pada peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam. Berikut adalah gambaran singkat tentang sejarah Lebaran.

Dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri pertama kali dirayakan oleh Rasulullah SAW pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah.

Sejarah Hari Raya Idul Fitri

Mengutip situs Universitas Pakuan, jauh sebelum Islam datang, masyarakat jahiliyah Arab merayakan dua hari raya, yaitu hari raya Nairuz dan Mahrajan, dengan pesta yang tidak bermanfaat, seperti minum-minuman memabukkan, menari, dan adu ketangkasan, yang merupakan ritual dalam perayaan kedua hari raya tersebut.

Menurut buku Ensiklopedi Islam, kedua hari raya tersebut awalnya berasal dari zaman Persia Kuno. Kemudian, Rasulullah SAW menggantikan kedua perayaan masyarakat Arab tersebut dengan hari raya yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri pertama kali dirayakan oleh Rasulullah SAW pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah.

Waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan.

Perang Badar merupakan perang yang terjadi pada bulan Ramadan. Dalam perang ini, sebanyak 319 orang pasukan muslim harus berhadapan dengan 1.000 kafir Quraisy.

Meski jumlah pasukan muslim jauh lebih sedikit dari kaum kafir, nyatanya diganjar Allah dengan perayaan yang luar biasa indah dan barokah: Idul Fitri.

Menurut Prof HM Baharun, hakikat perayaan Idul Fitri sendiri ialah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadan. Umat Islam yang berhasil menjinakkan nafsu selama Ramadan akan kembali fitrah serta layak untuk merayakannya dengan cara yang baik dan benar.

Tradisi Idul Fitri

Pada masa Dinasti Abbasiyah, perayaan Idul Fitri diadakan dengan rangkaian kegiatan yang meriah. Pada zaman tersebut, perayaan biasanya berlangsung selama tiga hari dan diakhiri dengan menyantap berbagai macam makanan halal yang disajikan.

Dalam buku Empire of the Islamic World karya Robin Santos Doak dijelaskan bahwa umat Muslim yang berada di jalan-jalan Kota Baghdad dihibur dengan penampilan para musisi dan penyair yang menunjukkan kebolehan mereka. Hiburan tersebut dinilai positif dan tidak melanggar syariat.

Sementara itu, Ege Yayinlari dalam buku Discover Islamic Art in the Mediterranean menyebutkan bahwa para sultan Dinasti Mamluk (1250-1517 M) di Mesir memberikan pakaian, hadiah, dan uang kepada masyarakat saat perayaan Idul Fitri. Di India, para sultan Dinasti Mughal mengadakan arak-arakan bersama pengawal kerajaan dalam merayakan Idul Fitri.

Saat periode Kesultanan Ottoman di Turki, terdapat tradisi membunyikan meriam setiap malam 1 Syawal untuk menyambut Idul Fitri. Meriam ditembakkan ke udara sebagai tanda berakhirnya hari raya Idul Fitri.

Di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri identik dengan tradisi halal-bihalal. Tradisi halal-bihalal yang dilakukan umat muslim tak jarang juga dilakukan oleh umat non-muslim.

Tak sedikit dari umat non-muslim yang ikut ‘nimbrung’ bersilaturahmi dan melakukan halal-bihalal saat Idul Fitri.

Salah satu tradisi Lebaran di Indonesia lainnya adalah mudik. Momen mudik ini menjadi salah satu momen yang dinanti-nantikan setiap orang yang merayakan Lebaran karena perantau kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga.

Indonesia juga kerap melakukan nyekar atau mengunjungi makam keluarga saat Lebaran.*