Selasa, 25 November 2025
Menu

PKB soal Polemik di Tubuh NU: Itu Urusan Orang Tua

Redaksi
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cucun Ahmad Syamsurijal di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 25/11/2025 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cucun Ahmad Syamsurijal di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 25/11/2025 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cucun Ahmad Syamsurijal memilih untuk tidak mengomentari polemik yang tengah melanda tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), khususnya terkait dinamika Rapat Harian Syuriah yang disebut-sebut meminta Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) untuk mengundurkan diri.

Cucun menegaskan bahwa PKB tidak akan terlibat dalam perbedaan pandangan yang terjadi di internal PBNU tersebut.

“Itu di PBNU, kita (PKB) enggak ikut-ikutan,” katanya, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 25/11/2025.

Wakil Ketua DPR RI itu bahkan mengumpamakan hubungan PKB dan PBNU layaknya hubungan anak dan orang tua, yang menurutnya tidak pada tempatnya bila anak ikut mencampuri urusan orang tuanya.

“Enggak boleh anak ikut urusan orang tua. Ya kita enggak paham, biarkan itu selesai di rumah tangga orang tua sendiri,” tandasnya.

Diketahui, polemik internal PBNU mencuat usai beredar dokumen Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU yang ditandatangani Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar. Risalah itu berisi desakan agar Gus Yahya mundur dalam tiga hari. Apabila tidak dipenuhi, Syuriah PBNU disebut akan mengambil langkah pemberhentian secara paksa.

Menanggapi kabar tersebut, Gus Yahya menolak untuk mundur. Ia mengatakan, masa jabatannya merupakan amanat Muktamar ke-34 yang berlaku selama lima tahun dan akan dijalani secara penuh. Ia juga mengaku belum pernah menerima surat fisik terkait risalah itu dan mempertanyakan keabsahannya karena menggunakan tanda tangan basah, bukan digital.

Dalam pertemuan tertutup dengan para Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulma (PWNU) seluruh Indonesia di Surabaya, Gus Yahya menyerahkan kepada masing-masing PWNU untuk menyikapi dinamika organisasi tersebut sesuai pemahaman dan pandangan mereka.*

Laporan oleh: Novia Suhari