Senin, 10 November 2025
Menu

Pemerintah Berencana Terapkan B50 Tahun Depan untuk Setop Impor Solar

Redaksi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat menjadi pembicara utama di Investor Daily Summit 2025, di Jakarta, Kamis, 9/10/2025. | Dok Kementerian ESDM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat menjadi pembicara utama di Investor Daily Summit 2025, di Jakarta, Kamis, 9/10/2025. | Dok Kementerian ESDM
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Pemerintah berencana menerapkan bahan bakar campuran biodiesel 50 persen tau B50 pada semester II-2026 atau paruh kedua tahun depan untuk menghapus ketergantungan impor solar.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut bahwa keputusan penerapan B50 sudah disetujui dalam rapat kabinet terbatas yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto.

“Atas arahan Bapak Presiden, sudah dirataskan, sudah diputuskan, bahwa 2026 insyaallah akan kita dorong ke B50, sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor solar,” ujar Bahlil dalam acara Investor Daily Summit, Jakarta Convention Center (JCC), Kamis, 9/10/2025.

“Sekarang sudah mulai masuk pengujian yang keempat. Itu insyaallah tahun depan, tahun ini sudah diuji di kereta, alat berat, di kapal-kapal, di mobil. Kalau sudah dinyatakan clear and clean, insyaallah semester kedua, 2026, kita akan launching untuk B50,” lanjutnya.

Menurutnya, kebijakan ini melanjutkan tahapan mandatori biodiesel yang sudah berjalan sejak 2016. Pemerintah memulai dari B10, B20, dan kini B40, dengan komposisi campuran minyak sawit mentah (CPO) dan metanol.

“Dengan B40 saja, impor solar kita turun menjadi sekitar 4,9 juta barel per tahun, atau sekitar 10 persen dari total konsumsi solar nasional,” paparnya.

Penggunaan CPO, lanjutnya, sebagai bahan campuran biodiesel yang memberikan efek ganda bagi perekonomian nasional. Selain menekan defisit neraca perdagangan energi, program biodiesel juga meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

“Kalau CPO kita bisa dimanfaatkan maksimal, maka petani sawit akan menikmati nilai tambahnya,” sambungnya.

Diketahui saat ini, konsumsi solar Indonesia mencapai 39 juta hingga 40 juta barel per tahun. Dengan penerapan B50, pemerintah memperkirakan ketergantungan terhadap impor dapat dihapus sepenuhnya, sehingga uang devisa tidak lagi mengalir ke luar negeri.

Ia menegaskan kebijakan B50 adalah bagian dari arahan Prabowo untuk mencapai kedaulatan energi nasional. Pemerintah ingin seluruh kebutuhan energi dalam negeri dipenuhi dari sumber daya lokal.

“Ini bagian dari strategi besar agar ekonomi nasional tidak mudah terguncang oleh fluktuasi harga minyak dunia,” ujarnya.

Selain untuk menekan impor, program itu juga mendukung target pemerintah dalam menurunkan emisi dan mempercepat transisi energi bersih. Menurutnya, biodiesel menjadi solusi realistis di tengah keterbatasan teknologi kendaraan listrik dan infrastruktur energi terbarukan.

“B50 bukan hanya soal efisiensi ekonomi, tapi juga langkah nyata menuju energi berkelanjutan,” tegasnya.

Pemerintah pun memastikan seluruh proses pengujian B50 terhadap kendaraan dan mesin berat akan rampung sebelum peneraan penuh pada 2026. Dengan demikian, Indonesia diharapkan menjadi salah satu negara dengan implementasi biodiesel terbesar di dunia, menyusul Brasil dan Amerika Serikat (AS).

“Ini keputusan berani yang berpihak kepada rakyat dan kemandirian bangsa,” pungkasnya.*