Minggu, 05 Oktober 2025
Menu

‘Segel Tambang, Bukan Wisata Alam’, Pesan Demo Warga Puncak Adang Menteri Lingkungan Hidup

Redaksi
Aksi spontanitas warga Puncak, Bogor, mewarnai kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol pada Jumat, 3/10/2025 | Ist
Aksi spontanitas warga Puncak, Bogor, mewarnai kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol pada Jumat, 3/10/2025 | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Aksi spontanitas warga Puncak, Bogor, mewarnai kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol pada Jumat, 3/10/2025. Mereka mengadang iring-iringan kendaraan sang menteri sambil membawa spanduk protes dan bunga, menuntut tanggung jawab atas dampak kebijakan penyegelan sejumlah lokasi ekowisata.

Salah satu spanduk yang dibawa demonstran bertuliskan ‘Segel Tambang, Bukan Wisata Alam’, menyoroti kebijakan penutupan tempat usaha wisata yang menurut warga justru merugikan pekerja lokal.

Hanif Faisol yang baru saja menghadiri kegiatan penanaman pohon dan aksi pungut sampah di kawasan Puncak, diteriaki warga saat melintas di Simpang Pasir Angin, Megamendung.

“Kami adalah karyawan dan pekerja yang menjadi korban dari penyegelan tempat usaha oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol,” ujar koordinator aksi, Asep Suhandi, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 4/10.

Menurut Asep, aksi tersebut muncul secara spontan setelah warga mengetahui lewat media sosial bahwa sang menteri hadir di acara penghijauan.

“Begitu dapat info Menteri LH akan datang untuk menanam pohon, kami para korban PHK bersepakat menyampaikan langsung aspirasi ini. Jika suara kami tidak juga didengar, kami akan kembali demo ke Hambalang,” tegasnya.

Warga menilai, pemerintah bertindak sepihak tanpa memikirkan solusi bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan.

“Selama ini pemerintah tidak hadir membela kami. Kami hanya mencari nafkah. Di mana hati nurani mereka?” kata Asep.

Ia menambahkan, warga sebenarnya telah melakukan banyak aksi peduli lingkungan dan mematuhi ketentuan pemerintah. Namun, kesejahteraan mereka kini terancam.

“Kami selalu menjaga lingkungan hidup. Tapi kalau tempat usaha ditutup, bagaimana kami bisa hidup?” ujarnya.

Rombongan Menteri Hanif Faisol yang menggunakan Toyota Alphard putih mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian, dengan dua mobil patroli mengapit. Meski diadang, Hanif tetap melanjutkan perjalanan dengan iring-iringan kendaraan berkecepatan tinggi.

Bahkan, rencana dialog interaktif bersama warga yang telah dijadwalkan, mendadak dibatalkan. Hanif memilih meninggalkan lokasi tanpa memberikan tanggapan langsung terkait keluhan para pekerja yang terdampak PHK.*

Laporan oleh: Ari Kurniansyah