Aib Israel Terlihat Sejak 7 Oktober 2023

FORUM KEADILAN – Militer Israel baru-baru ini melancarkan serangan udara ke markas intelijen Hizbullah di selatan Beirut, Kamis, 3/10/2024. Israel masih terus melancarkan serangannya ke berbagai wilayah setelah peristiwa 7 Oktober 2023.
Wartawan perang Timur Tengah Faisal Assegaf membeberkan pengalamannya dan penglihatannya selama di medan perang. Menurut Faisal, apa yang dilakukan Israel selama satu tahun ke belakang ini semakin menegaskan kekalahan mereka atas Hamas.
Faisal menuturkan, Israel sudah menunjukkan kekalahan mereka secara militer, moral dan diplomasi.
“Pertama kalah secara militer, kalah secara diplomasi, kalah secara moral, kalah juga di level internasional. Iya walaupun Israel juga menang secara diplomasi, istilahnya di internasional ada titik tertentu dia menang,” ujar Faisal Assegaf dalam Podcast Dialektika Madilog Forum Keadilan di Forum Keadilan TV, Kamis, 10/10/2024.
Faisal mengungkapkan, serangan yang dilakukan oleh milisi Hamas pada 7 Oktober 2023 sebenarnya menargetkan milisi Israel. Serangan tersebut ternyata mampu memporak-porandakan milisi salah satu negara yang dikenal superior di Timur Tengah itu.
Dengan tembusnya serangan itu, Faisal menilai bahwa ini merupakan sebuah aib bagi Israel yang dikenal memiliki kekuatan militer dan intelijen jauh lebih kuat daripada Hamas.
“Ini yang menyerang milisi bukan negara, yang secara sistem persenjataan, dana, keuangan itu kan enggak level sama Israel jauh. Tetapi bisa nembus Israel yang mitosnya itu kan negara paling kuat baik intelijen maupun militer. Itu 7 Oktober saja sudah aib buat Israel karena bisa-bisa ditembus,” sindir Faisal.
Bahkan menurut Faisal, militer Israel sendiri telah melakukan kebodohan lantaran melakukan tiga tujuan perang yang ditetapkan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, tetapi tidak ada satu pun yang tercapai.
“Nah sekarang Hamas dibombardir dari udara, terus mereka melakukan invasi. Invasi kan sebuah kebodohan buat Israel. Itu sampai setahun, 3 tujuan perang yang ditetapkan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu itu kan enggak ada yang tercapai,” tutur Faisal.
Kekalahan Israel juga salah satunya adalah selama ini, sandera bisa bebas karena pertukaran, bukan karena militer Israel yang mampu menaklukan Hamas.
“Terus yang ketiga mendemiliterisasi Gaza, jadi enggak boleh ada lagi milisi di Gaza supaya tidak mengancam, jadi enggak ada potensi lagi serangan 7 Oktober terulang, kan itu enggak tercapai sudah setahun lebih berapa nih sekarang sudah tanggal 10 ya? Berarti sudah setahun lebih 3 hari enggak ada yang tercapai. Itu sudah kalah secara militer,” beber Faisal.
Menurut Faisal, salah satu hal membuat Israel kalah dalam segi militer adalah karena kebanyakan pasukan yang ikut berperang adalah laki-laki dan perempuan yang sedang wajib militer, di mana rata-rata umur mereka masih belasan tahun.
“Di sana kan 18 tahun minimal buat laki maupun perempuan, laki-laki 3 tahun wajib militernya perempuan 2 tahun,” jelas dia.
Faisal kembali menjelaskan bahwa para pemuda Israel yang wajib militer ini tidak mengenal di mana saja area yang masuk dalam wilayah konflik. Hal ini mereka bisa dengan mudah disergap oleh pasukan Hamas.
“Mereka kan enggak kenal, makanya yang kita lihat itu kan rata-rata itu di-ambush, dicegat. Ya karena mereka enggak kenal lapangan, jalan ke sini udah ada Hamas. Ya karena Hamas kenal lapangan. Mereka tahu nih ketika orang ada di suatu titik, dia akan bergerak ke mana tuh udah bisa diperkirakan. Probabilitas-nya sudah pasti,” kata dia.
“Selain itu yang invasi, yang saya ngomong di darat itu kan mereka nembak MT room, ruang kosong enggak ada sasaran. Kelihatan kekalahannya,” sambung dia.
Kekalahan diplomasi Israel juga terlihat jelas usai Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ) melayangkan fatwa terkait perilaku Israel sejak 7 Oktober 2023 yang dianggap sebuah genosida.
Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah merekomendasikan Palestina sebagai anggota tetap. Hal ini direkomendasikan kepada Dewan Keamanan. Walaupun demikian, hal tersebut tidak mungkin terjadi karena ada Amerika Serikat (AS) di sana.
“Nah itu kalah kan artinya, kan Palestina mendapat dukungan. Kita tahu kan demo ramai-ramai,“ tutur Faisal.
Selain itu, Faisal juga menjelaskan kekalahan moral Israel. Benyamin Netanyahu pernah mengklaim bahwa militer Israel hanya menargetkan Hamas. Tetapi saat itu, bahkan hingga kini, militer Israel masih saja menyerang fasilitas umum di Gaza. Di antaranya seperti rumah sakit, sekolah, masjid dan gereja. Semua korban yang berjatuhan hingga saat ini pun adalah warga sipil.
“Israel dengan kekuatan mereka sebenarnya bisa memilah-milah. Tapi mereka enggak melakukan itu karena mereka frustrasi enggak ada yang bisa nemuin pasukan Hamas, karena kan mereka bergerak di antara runtuhnya bangunan dan muncul dari terowongan,” ungkap Faisal.
Menurut Faisal, Israel juga sudah kalah dalam aspek ekonomi. Kata dia, Bloomberg sudah menulis tentang biaya perang yang dikeluarkan oleh Israel.
“Ekonomi juga mereka kalah karena Bloomberg itu kan sudah menulis, Bloomberg itu nulis itu biaya perang aja, belum efek ekonomi sosial itu 280 juta dolar per hari,” bebernya.
Untuk diketahui, para ahli mengatakan bahwa data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Israel pada Senin, 19/2/2024 jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan. Perkiraan median dalam survei analis Bloomberg adalah penurunan tahunan yaitu sebesar 10,5 persen.
BPS Israel telah menyatakan, perang yang terjadi membatasi pengeluaran, perjalanan atau wisata, dan investasi pada akhir tahun 2023.
Pengeluaran swasta mengalami penurunan sebesar 26,3 persen, ekspor turun sebesar 18,3 persen, dan investasi aset anjlok di angka 67,8 persen, terutama untuk bangunan tempat tinggal. Pada sektor industri juga terjadi penurunan lantaran kurangnya tenaga kerja akibat panggilan wajib militer dan pengurangan pekerja Palestina.
Sementara itu, pengeluaran pemerintah, terutama untuk perang dan kompensasi sektor bisnis serta rumah tangga, naik tajam hingga mencapai 88,1 persen.
Pakar ekonomi bidang pasar negara berkembang dari Capital Economics Liam Peach bahkan mengatakan, penyusutan ekonomi Israel ini jauh lebih buruk dari perkiraan. Ini juga sangat mencerminkan efek dari serangan Hamas dan perang di Gaza.
Selain itu, korban luka dan cacat dari sisi militer Israel juga ternyata jumlahnya sangat banyak. Faisal membeberkan, kurang lebih 72.000 tentara Israel mengalami luka dan 12.000 lainnya cacat.
“Baik amputasi tangan, amputasi kaki atau buta. Cuma kan Israel enggak akan buka itu, karena apa, otomatis semangat tentaranya pasti akan habis,” imbuhnya.
Israel juga dipandang telah menjadi negara yang tidak aman lagi.
Para imigran Yahudi dari Uni Soviet yang mau pindah ke Israel sebelumnya telah dijamin kemanannya. Tetapi, setelah peristiwa 7 Oktober 2023, banyak dari mereka yang memilih kabur karena merasa wilayah tersebut sudah tidak aman.
“Iya dengan diserang tiap hari terus itu kan tidak nyaman,” kata Fisal.
Kegagalan-kegagalan Israel juga terlihat dari kekalahan pada aspek motivasi. Berbeda dengan Hamas yang secara sukarela memiliki motivasi melawan penjajahan terhadap negaranya, Israel justru tidak demikian.
Pasukan Israel selama ini ditugaskan. Rata-rata mereka yang ditugaskan memiliki anak, istri, dan orang tua. Diri mereka juga masih didominasi dengan ketakutan akan kematian, berbeda dengan pasukan Hamas yang sudah siap mati.
“Ketika Hamas berperang melawan menyerang Israel mereka kan mendorong untuk motivasi mengusir penjajah. Nah penjajah artinya mereka siap mati, karena kan melawan penjajah itu bagian dari jihad. Sebaliknya, pasukan Israel di mana-mana tentara itu kan penugasan. Mereka punya anak, punya istri, punya orang tua. Ada ketakutan untuk mati,” pungkasnya.*