Jumat, 18 Juli 2025
Menu

Palestina Masih Terus Diserang, Gerakan Solidaritas Terus Bermunculan

Redaksi
Serangan Israel Terus Hujani Palestina | Ist
Serangan Israel Terus Hujani Palestina | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Serangan Israel terhadap Palestina hingga kini masih belum terlihat kapan berakhir. Lebih dari 40.000 jiwa warga Palestina tewas terbunuh akibat serangan ini. Konflik militer dan politik Israel-Palestina merupakan salah satu konflik terpanjang yang masih berlangsung di dunia sejak abad ke-19 hingga abad ke-21.

Masalah utama dari konflik ini mencakup status kepemilikan Yarusalem, pemukiman Israel, perbatasan, keamanan dan hak atas air serta kebebasan bergerak Palestina serta hak kembali Palestina.

Konflik antara dua pihak ini berdampak besar bagi media internasional. Beberapa upaya perdamaian menyarankan solusi pembentukan dua negara, yang melibatkan pembentukan negara Palestina merdeka dari Israel. Solusi inipun dulunya banyak didukung oleh bangsa Yahudi. Namun, dukungan publik terhadap solusi ini telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir.

Pembentukan Israel dan perang yang terjadi memicu konflik selama puluhan tahun antara Israel dan rakyat Palestina, yang menyebabkan ratusan ribu warga Palestina menjadi pengungsi.

Konflik tersebut ditandai dengan kekerasan, termasuk serangan teroris oleh militan Palestina dan operasi militer oleh Israel. Amerika Serikat dan negara-negara lain juga ikut serta memainkan peran penting dalam upaya menengahi perdamaian. Walaupun begitu, masih banyak kendala yang dihadapi, termasuk masalah pemukiman Israel di Tepi Barat, status Yerusalem, dan nasib akhir pada pengungsi Palestina.

Bagaimana situasi terkini antara Israel – Palestina?

Situasi antara Israel dan Gaza saat ini masih sangat tegang, terutama setelah peningkatan kekerasan dan konflik bersenjata yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Ketegangan ini sering dipicu oleh serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel dan serangan balasan dari militer Israel. Situasi kemanusiaan di Gaza juga sangat buruk, dengan pembatasan akses terhadap kebutuhan dasar seperti air, makanan dan obat-obatan.

Upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata sering kali terhambat oleh ketidakpercayaan dan perbedaan pendapat yang mendalam. Konteks politik regional dan internasional juga berperan dalam dinamika konflik ini.

Sebuah usul perdamaian saat ini adalah peta menuju perdamaian yang diajukan oleh empat serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002.

Pada saat ini, Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.  Sementara yang lainnya berpendapat bahwa apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya adalah Israel tidak akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini.

Dengan adanya rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan campuran tangan Israel, sementara menarik Israel dari situasi yang diyakini terlalu mahal dan secara streategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang.

Secara khusus, jika Israel memisahkan diri dari Gaza, akan muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina yang akan muncul dari kevakuman kekuasaan.

Dalam kurun waktu satu tahun ini, korban jiwa akibat serangan Israel ke Gaza sudah menyentuh 41.870 orang. Selain korban tewas 97.166 orang dilaporkan luka-luka dan 11 ribu warga masih dinyatakan hilang. Jumlah ini sudah termasuk korban tewas dalam 24 jam terakhir dimana Israel terus melancarkan serangan di Gaza. Agresi Israel ke Gaza jadi salah satu konflik paling rusak di abad 21.

Pada Minggu, 6 Oktober, Israel menyerang sebuah masjid yang disebut diubah menjadi pengungsian di Gaza Tengah. Sebanyak 26 orang korban tewas akibat serangan tersebut.

Serangan itu diklaim militer Israel untuk menargetkan militan Hamas. Hal yang sama terjadi pada Sabtu, 21 September lalu, Israel melancarkan serangan terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi Palestina. Sebanyal 21 orang tewas dalam serangan tersebut. Dalam serangan itu, militer Israel juga mengatakan pihaknya menargetkan militan.

Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal mengatakan lebih dari separuh korban tewas di sekolah Kota Gaza adalah anak-anak. Menurut para saksi, sekelompok anak yatim-piatu sebelumnya berkumpul di gedung tersebut untuk menerima bantuan dari kelompok setempat.

Berbagai gerakan solidaritas telah muncul sebagai respons terhadap serangan Israel ke Gaza. Demo dan aksi protes, banyak negara mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menunjukkan dukungan kepada rakyat Palestina dan mengencam serangan Israel.

Kampanye media sosial, hastag seperti #FreePalestine dan #GazaUnderAttack digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan solidaritas di platform media sosial. Penggalangan dana juga dilakukan. Banyak organisasi dan individu mengorganisir penggalangan dana untuk membantu kebutuhan kemanusiaan di Gaza, termasuk makanan, obat-obatan dan perlindungan.

Berbagai lembaga, universitas dan organisasi internasional mengeluarkan pernyataan resmi yang menyerukan gencatan senjata dan menghentikan kekerasan. Selain itu, diskusi, seminar dan forum publik juga diadakan untuk mendidik masyarakat tentang situasi di Gaza dan konteks sejarah konflik. Gerakan ini berfokus pada peningkatan kesadaran internasional dan mendukung upaya kemanusiaan bagi warga sipil yang terdampak.*

Laporan Pangesti Handayani