Rabu, 02 Juli 2025
Menu

Keadilan Hery Firmansyah Sebentuk Rasa Tanggung Jawab dan Kesederhanaan Sosok Ibu

Redaksi
Pakar Hukum Pidana Hery Firmansyah dalam Podcast Ngopdar Forum Keadilan. | Dok. Forum Keadilan
Pakar Hukum Pidana Hery Firmansyah dalam Podcast Ngopdar Forum Keadilan. | Dok. Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – ‘Mambangkik Batang Tarandam’, pepatah Minang nan lawas itu menjadi pegangan seorang pakar hukum pidana bernama Hery Firmansyah.

Lahir di Pontianak, Hery mewarisi darah Minang dari Ibu dan darah Bugis dari sang Ayah.

Kepada Forum Keadilan Hery bercerita. Sosok Ibu memiliki andil besar dalam perjalanan hidupnya. Seperti mengajari membaca Al-Quran, jangan meninggalkan salat wajib dan sunah, serta rendah hati dan lapang dada.

Hery menghabiskan masa kecilnya tak seperti anak-anak kebanyakan. Memiliki Ibu yang lembut tapi tegas, menciptakan pribadi mandiri dalam diri Hery.

“Ibu saya tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga. Waktu kecil saya diajari untuk bersikap rendah hati dan bertanggung jawab. Karena, yang kuliah pada saat itu hanya saya. Di kampung saya saja hanya saya yang sarjana. Itu menjadi pecut untuk saya,” katanya, 19/7/2024 lalu.

Saat sekolah, Hery tergolong anak berprestasi. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa beasiswa yang didapatnya.

Bahkan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, Hery mendapatkan PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) yang sekarang disebut SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Beasiswa tersebut dulunya hanya ditujukan kepada siswa berprestasi, di mana seleksi dilakukan melalui prestasi bidang akademik (rapor dan nilai ijazah), olahraga dan seni, dan atau undangan Institusi.

Tak tanggung-tanggung, selama menempuh pendidikan di UGM, ia memperoleh beasiswa Djarum dan beasiswa dari Bank Indonesia.

“Saya mendapatkan PMDK di UGM dan lulus tahun 2006 jurusan Ilmu Hukum. Kemudian, tahun 2007, saya mengambil profesi Affiliate Wealth Manager Bank Indonesia dan CERTIFIED WEALTH MANAGER ASSOCIATION (CWMA),” lanjutnya.

Setelah menjadi sarjana, Hery melanjutkan pendidikan Magister Hukum Bisnis dengan beasiswa dari Indonesia/Beasiswa Unggulan dari DIKTI di UGM. Di saat yang bersama, Hery juga mengambil Magister Administrasi Publik.

“Meski tertatih, saya mengambil dua jurusan sekaligus. Tapi, Alhamdulillah selesai. Setelah itu saya lulus ujian Advokat PERADI di tahun 2015. Saya lanjut lagi mengambil gelar Doktor di Universitas Tarumanegara dan sekarang jadi dosen tetap di sana,” ungkapnya.

Selama kuliah, Hery hidup sederhana. Sebagai anak daerah dari Kalimantan Barat, dirinya sempat mengalami culture shock di Yogjakarta. Namun, niatnya berjuang tak pernah kandas di tengah jalan.

Ia berusaha menggunakan uang yang diberikan orang tua agar cukup sampai bulan berikutnya. Bekerja paruh waktu pun dilakoni Hery, untuk mencari uang saku tambahan tanpa menyusahkan orang tua.

Hery sangat bersyukur terlahir dari keluarga sederhana yang sangat memegang teguh sikap tanggung jawab dan lapang dada.

“Di saat kuliah, kakak saya dan orang tua sangat-sangat support. Ayah saya juga tegas karena beliau dulunya tentara, tapi tetap hangat. Saya berusaha untuk tidak meminta uang saku tambahan, jadinya saya bekerja paruh waktu,” kenangnya.

Sepanjang perjalanan kariernya, Hery sudah ratusan kali menjadi saksi ahli di beberapa persidangan. Selain itu, ia juga gemar menulis opini di beberapa surat kabar.

Kini, ia menjadi dosen tetap Hukum Pidana di Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara. Serta, menjadi Managing Partner di Firmansyah Yasin & Partners, Jakarta.*

Laporan Merinda Faradianti