Harga Beras Semakin Liar, DPR Sebut Kemungkinan Krisis

Wakil Ketua Komisi VI Fraksi PDIP Aria Bima di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa, 5/3/2024 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Wakil Ketua Komisi VI Fraksi PDIP Aria Bima di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa, 5/3/2024 | Novia Suhari/Forum Keadilan

FORUM KEADILAN – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI fraksi PDIP, Aria Bima, menyebutkan harga beras di Indonesia semakin liar tak terkendali dalam beberapa hari ini.

Hingga saat ini, Aria mengatakan, harga beras medium sudah tembus di angka Rp17.000, dan bahkan belum ada kecenderungan untuk turun.

Bacaan Lainnya

“Bahkan di NTT (Nusa Tenggara Timur) sampai Rp18.000 untuk yang medium, begitu juga kan dengan yang premium dan banyak yang kosong di outlet-outlet warga,” katanya kepada awak media, di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa, 5/3/2024.

Aria menambahkan bahwa per hari ini, tiga negara yakni Vietnam, Thailand, dan India sudah tidak lagi mengekspor beras atau menjadikan beras sebagai komoditas bisnis, bukan B2B, melainkan G2G.

“Itu tandanya berarti bahwa situasi perberasan dunia, atau krisis pangan dunia tanda-tandanya akan terjadi karena faktor musim atau situasi kondisi yang lain,” ujarnya.

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan perut 200 juta masyarakat Indonesia, Aria menilai bahwa DPR tidak boleh main-main dengan hal tersebut.

“Maka oleh sebab itu saya meminta pimpinan DPR harus menggunakan instrumen pengawasan, untuk betul-betul menyelamatkan perut rakyat,” ungkapnya.

“Apalagi dulu kebiasaan defisit beras, atau supply beras itu bersandar pada pangan impor. Pada situasi normal itu bisa-bisa saja, kita langsung bersandar pada pengimpor, yang mungkin membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk beras itu sampai ke kita,” sambungnya.

Sementara itu, untuk mencapai panen kebutuhan nasional, kata Aria, Indonesia diperkirakan baru akan panen pada April mendatang.

“Dan padi itu kita masih butuh waktu satu bulan untuk dikeringkan, untuk diselip dan didatangkan ke pasar. Berarti Mei itu baru ada,” katanya.

Aria mengaku khawatir, jika kebutuhan beras nasional ini akan tidak mencukup, terlebih sebentar lagi sudah memasuki bulan puasa Ramadan, dan juga Idul Fitri.

“Saya khawatir kalau sampai kebutuhan beras nasional ini akan tidak mencukupi, dan akan menjadi krisis sosial atau bahkan berpotensial menjadi krisis politik yang situasi nya akan berada di bulan oktober,” pungkasnya.*

Laporan Novia Suhari