Kekalahan Ganjar di Kandang Banteng Membuat Kader PDIP Terancam

Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat berkampanye di Lampung | Instagram @ganjarpranowo
Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat berkampanye di Lampung | Instagram @ganjarpranowo

FORUM KEADILAN – Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aria Bima menyebut, dirinya dan kader PDIP lainnya terancam tidak dilantik sebagai anggota legislatif periode 2024-2029 karena anjloknya suara calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD di kandang banteng.

Diketahui, suara PDIP maupun capres-cawapres yang mereka usung kerap unggul di sejumlah daerah pada pemilu-pemilu sebelumnya. Daerah yang dimaksud termasuk Jawa Tengah dan Bali.

Bacaan Lainnya

Namun, pada Pemilu 2024 ini, hanya suara PDIP yang berhasil bertahan di posisi teratas, sementara suara capres-cawapres dari PDIP, Ganjar-Mahfud, dikalahkan oleh calon lainnya, yakni Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) maupun real count KPU (hingga saat ini, suara yang sudah masuk mencapai 70 persen).

Aria Bima dan kader PDIP lainnya pun mengungkap rasa kecewanya dan mempertanyakan anjloknya suara Ganjar-Mahfud di kandang banteng tersebut. Aria mengatakan, perbedaan suara tersebut harus diungkapkan oleh kader PDIP termasuk dirinya.

“Kenapa sekarang suara pemilihan legislatif lebih tinggi dari pada pilpres, kenapa? Itu pertanyaan yang harus dijawab oleh semua kader, termasuk saya yang berada di Solo, kenapa terjadi selisih suara DPR jauh lebih besar daripada suara pilpres,” ucapnya kepada Forum Keadilan, Senin, 19/2/2024.

“Padahal ada tambahan suara Perindo, Hanura, PPP, pengaruh Mahfud MD, pengaruh Mbak Atikoh, pengaruh Alam Ganjar dikalangan milenial, pengaruh Sandi, ini lah yang saya sebut anomali,” sambungnya.

Hingga saat ini, Aria dan tim khusus Ganjar-Mahfud masih melakukan investigasi terkait hal tersebut. Investigasi tersebut dilakukan untuk membuat pengumpulan data menjadi fakta, sehingga hasil investigasi itu dapat memperkuat dugaan adanya penyimpangan pada proses Pilpres 2024.

“Kalau data belum ada kemudian saya berbicara, hoax. Sekarang investigasi tim khusus kami untuk membuat data menjadi fakta hukum. Kalau ada fakta dan aturan hukum, di situ penyimpangan,” imbuhnya.

Aria mengaku, untuk mengungkap adanya anomali dalam pelaksanaan pilpres, dirinya telah bertemu dengan beberapa perangkat desa termasuk masyarakat di wilayahnya. Sebab, jika hal itu tidak diupayakannya, maka dirinya terancam tidak dapat dilantik sebagai anggota DPR RI pada periode 2024-2029.

“Saya sudah datangi kades, lurah, warga, dengan mempertanyakan ada apa. Kenapa di tempat tinggal saya saja bisa kalah. Dan kalau saya tidak menyampaikan ini, saya tidak bisa menemukan, dan bisa-bisa saya tidak dilantik karena itu adalah instruksi ketua umum. Daripada saya tidak dilantik ya saya kejar dulu, kenapa ini terjadi,” tegasnya.

Lebih lanjut, Aria menilai proses pemilu tahun ini seperti percuma dilaksanakan. Sebab, proses pemilu dan pemungutan suara berakhir dengan keputusan pemilih yang dilakukan melalui cara yang tidak biasa.

“Kemarin, pemilu dari pendaftaran, pengambilan nomor, kampanye damai, dari kampanye ke kampanye, sosialisasi, debat, untuk apa? Artinya kalau akhirnya pemilih memutuskan dengan cara yang seperti ini, saya kira nggak perlu lagi kalau pemilu seperti sekarang dilaksanakan di Pemilu 2029,” lanjutnya.

“Bahkan, Pilkada nanti kalau masih menggunakan instrumen aparat, keterlibatan oknum aparat, enggak usah lah, percuma. Hanya menghabiskan uang,” jelasnya.

Ketika ditanya terkait renggangnya hubungan Megawati dengan Joko Widodo (Jokowi), sehingga merosotnya suara Ganjar-Mahfud di kandang banteng, Aria enggan untuk menanggapi hal tersebut.*

Laporan Ari Kurniansyah